Seiring dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia pada bulan Rabiul Awal, terdapat penjelasan menarik dari Syekh Hasan as-Sandubi, seorang muhaqqiq dan peneliti senior naskah-naskah Islam asal Mesir, dalam kitabnya “Târîkhul Ihtifâl bil Maulidin Nabawi”. Ia menjelaskan tentang perayaan Maulid sejak masa Nabi hingga saat ini, yang terbagi menjadi beberapa periode.
Pada masa Rasulullah SAW, umat Islam fokus pada perkembangan Islam, mendalami tauhid kepada Allah, serta melakukan dakwah dengan menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah. Pada saat itu, perayaan untuk menghormati kelahiran Nabi belum ada.
Di masa Khulafaur Rasyidin, para sahabat juga tidak memikirkan perayaan Maulid. Fokus mereka adalah menanamkan keimanan dan menyebarkan Islam, serta mengatasi banyaknya orang yang murtad setelah wafatnya Nabi. Tidak ada satu pun sahabat yang terlintas untuk merayakan kelahiran Nabi, karena mereka lebih mementingkan perkembangan Islam dan interaksi antarumat beragama.
Setelah masa Khulafaur Rasyidin, Dinasti Bani Umayyah muncul sebagai simbol kemajuan Islam. Namun, pada periode ini, perayaan Maulid Nabi juga belum terealisasi. Fokus mereka adalah memperjuangkan Islam dan membangun asas-asas negara di tengah hiruk-pikuk politik.
Selanjutnya, Dinasti Bani Abbasiyah yang berkuasa setelah Bani Umayyah mengalami perkembangan pesat dalam peradaban Islam, namun perayaan Maulid Nabi tetap tidak ditemukan. Meskipun dinasti ini menciptakan berbagai kemajuan, fokus mereka tidak tertuju pada perayaan kelahiran Nabi.
Memasuki abad kesepuluh, kejayaan Dinasti Abbasiyah mulai redup. Dalam kondisi politik yang carut-marut, Dinasti Bani Buwaihi menguasai pemerintahan Abbasiyah. Meskipun mereka merayakan berbagai acara, perayaan Maulid Nabi tidak menjadi perhatian utama mereka.
Perayaan Maulid Nabi mulai muncul pada masa Dinasti Fatimiyah. Mereka merayakan berbagai hari besar, termasuk Maulid Nabi, meskipun dengan afiliasi Syiah. Syekh Hasan menegaskan bahwa Dinasti Bani Fatimiyah merupakan kelompok pertama yang merealisasikan perayaan kelahiran Nabi Muhammad. Setelah runtuhnya dinasti ini, perayaan Maulid terus berlangsung di bawah kepemimpinan ulama dan kerajaan Ahlussunnah wal Jamaah, dengan Sultan Nuruddin sebagai penguasa pertama yang merayakannya secara khusus pada tahun 511 H.
Saat ini, peringatan Maulid Nabi berkembang pesat dan hampir seluruh umat Islam merayakannya, termasuk di Indonesia. Perayaan ini tidak hanya dilakukan oleh instansi dan lembaga, tetapi juga oleh masyarakat dari kota hingga pelosok desa.