Salah satu metode dakwah Nabi Muhammad SAW kepada Ahlul Kitab, yaitu umat Yahudi dan Nasrani, adalah dengan cara yang lemah lembut. Meskipun sering kali mendapatkan perlakuan kasar dari mereka, Nabi tidak membalasnya. Justru, kelembutan dalam dakwah yang selalu ditunjukkan oleh Nabi menjadi kunci keberhasilan dalam menyampaikan pesan Islam. Kelembutan ini berhasil meluluhkan hati banyak orang yang pada akhirnya menyatakan diri masuk Islam.
Bersikap lemah lembut adalah ajaran Islam yang sangat ditekankan, terutama dalam aktivitas dakwah. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
وَلَا تَسۡتَوِي ٱلۡحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُۚ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS Fusshilat: 34)
Imam Fakhruddin ar-Razi menjelaskan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah untuk menanggapi keburukan dengan cara yang bijak. Jika kita bersabar menghadapi perilaku buruk orang lain tanpa membalas dengan kemarahan atau tindakan menyakitkan, maka mereka akan merasa malu dan berpotensi untuk menghentikan perbuatan buruk mereka.
Dari penafsiran Imam ar-Razi, dapat disimpulkan bahwa sikap bijak dalam berdakwah sangat diperlukan. Kelembutan Nabi dalam menghadapi Ahlul Kitab sudah menjadi teladan yang bisa diikuti. Berikut beberapa contoh sikap lemah lembut Nabi dalam dakwahnya.
Salah satu contoh adalah ketika Nabi tidak membalas ucapan kasar dari sekelompok orang Yahudi. Dalam sebuah hadits, diceritakan bahwa ketika Nabi didatangi oleh mereka yang mengucapkan, “Kebinasaan atasmu,” beliau hanya menjawab, “Juga atas kalian.” Sayyidah Aisyah yang mendengar hal itu merasa tidak senang dan berdoa agar kebinasaan menimpa mereka, tetapi Nabi menegurnya untuk berbicara dengan lemah lembut. Ini menunjukkan bahwa meskipun menerima perlakuan kasar, Nabi tetap bersikap baik dan tidak membalas dengan kata-kata kasar.
Contoh lainnya adalah ketika Nabi menjenguk seorang Yahudi yang sedang sakit. Dalam riwayat dikatakan bahwa seorang anak Yahudi yang bekerja membantu Nabi jatuh sakit, lalu Nabi menjenguknya dan mengajaknya masuk Islam. Anak itu pun mengikuti ajakan Nabi setelah mendapat persetujuan dari ayahnya. Hal ini menunjukkan keadilan dan kelembutan Nabi dalam berdakwah tanpa membeda-bedakan latar belakang suku atau agama.
Di sisi lain, ada juga peristiwa saat Nabi berhadapan dengan seorang perempuan Yahudi yang meracuninya. Meskipun perempuan tersebut berusaha membunuh Nabi, beliau tidak membalasnya dengan hukuman langsung. Setelah insiden tersebut, wanita itu akhirnya masuk Islam setelah menyaksikan mukjizat daging kambing yang berbicara. Ini menunjukkan bahwa kelembutan dan kebijaksanaan Nabi dalam menjalani peristiwa sulit dapat membuka pintu hidayah bagi orang lain.
Semua contoh ini menegaskan bahwa dakwah yang mengedepankan kelembutan dan bijaksana akan membuahkan hasil yang baik. Kelembutan dakwah Nabi kepada Ahlul Kitab menjadi teladan bagi setiap Muslim dalam menyampaikan ajaran agama dengan cara yang penuh kasih sayang dan pengertian.