Dalam waktu 23 tahun, Nabi Muhammad SAW berhasil mengubah tatanan religius bangsa Arab. Hal ini terlihat saat peristiwa Haji Wada’ menjelang kewafatannya, di mana sekitar 140.000 bangsa Arab dari berbagai penjuru hadir dalam haji pertama dan terakhir sejak Nabi SAW hijrah ke Madinah. Pencapaian ini jelas membutuhkan metode yang cerdas dalam merangkul umat, termasuk dakwah Nabi SAW kepada Ahli Kitab, sekelompok orang yang telah memiliki agama samawi sebelum kedatangan Islam.
Ahli Kitab adalah sekelompok orang yang memeluk agama Yahudi atau Nasrani, meskipun mereka bukan berasal dari Bani Israil. Orang Yahudi menganggap Nabi Musa AS sebagai nabi mereka dengan kitab Taurat, sedangkan orang Nasrani mengakui Nabi Isa AS dengan kitab Injil. Penjelasan ini didasarkan pada firman Allah dalam Al-Qur’an:
يٓأَهۡلَ ٱلۡكِتٰبِ لِمَ تُحَآجُّونَ فِيٓ إِبۡرٰهِيمَ وَمَآ أُنزِلَتِ ٱلتَّوۡرَىٰةُ وَٱلۡإِنجِيلُ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِهِۦٓۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
Artinya: “Hai Ahli Kitab, mengapa kalian bantah-membantah hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim? Apakah kalian tidak berpikir?” (QS. Ali Imran [3]: 65).
Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani saling mengklaim bahwa Nabi Ibrahim AS merupakan golongan mereka. Namun, klaim tersebut keliru, karena Ibrahim AS hidup sebelum Taurat diturunkan kepada Musa dan agama Nasrani muncul jauh setelah kewafatan Ibrahim AS.
Penyampaian dakwah Islam kepada Ahli Kitab terkadang dilakukan dengan cara umum seperti dakwah kepada umat lainnya, dan kadang juga dengan pendekatan khusus untuk merangkul mereka lebih mudah.
Dalam hadits yang menjelaskan dakwah Nabi SAW secara umum, beliau bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
Artinya: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi maupun Nasrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka.” (HR Muslim).
Hadits ini menunjukkan ajakan beriman kepada seluruh umat manusia, bukan hanya untuk Ahli Kitab. Dalam kajian Ushul Fiqih, kata أَحَدٌ di sini menunjukkan arti umum. Dengan demikian, baik Ahli Kitab maupun non-Ahli Kitab diajak untuk beriman.
Selain menggunakan redaksi umum, dakwah terkadang dikhususkan untuk Ahli Kitab. Salah satu contohnya adalah ketika Nabi SAW menjanjikan pahala dua kali lipat bagi Yahudi dan Nasrani yang mau memeluk Islam. Dalam sebuah hadits disebutkan:
ثَلَاثَةٌ لَهُمْ أَجْرَانِ: رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَآمَنَ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ وَالْعَبْدُ الْمَمْلُوكُ إِذَا أَدَّى حَقَّ اللَّهِ وَحَقَّ مَوَالِيهِ؛ وَرَجُلٌ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيبَهَا وَعَلَّمَهَا فَأَحْسَنَ تَعْلِيمَهَا ثُمَّ أَعْتَقَهَا فَتَزَوَّجَهَا، فَلَهُ أَجْرَانِ
Artinya: “Ada tiga orang yang akan mendapat pahala dua kali; (1) seseorang dari Ahli Kitab yang beriman kepada Nabinya dan beriman kepada Muhammad ﷺ; (2) seorang hamba sahaya yang menunaikan hak Allah dan hak tuannya; (3) dan seseorang yang memiliki hamba sahaya wanita, lalu dia memperlakukannya dengan baik, mendidiknya dengan baik, dan mengajarkan kepadanya dengan sebaik-baik pengajaran, kemudian membebaskannya dan menikahinya, maka baginya dua pahala.” (HR Al-Bukhari).
Dalam hadits ini terdapat kata Ahli Kitab yang merujuk pada umat Yahudi dan Nasrani. Meskipun redaksinya umum, makna yang dikehendaki adalah khusus untuk kelompok tersebut. Imam As-Sanusi menjelaskan bahwa mereka mendapatkan pahala dua kali lipat karena telah mengikuti dua kebenaran: ajaran Nabi Musa bagi Yahudi dan ajaran Nabi Isa bagi Nasrani, serta ajaran Nabi Muhammad SAW.
Pahala tersebut menunjukkan bahwa jika Ahli Kitab beriman kepada Nabi Muhammad SAW, mereka akan mendapatkan pahala lebih besar dibandingkan umat lainnya. Sebaliknya, jika mereka mengingkarinya, dosanya juga lebih besar. Dengan demikian, dakwah Nabi SAW memiliki strategi yang efektif untuk menarik perhatian kedua umat ini agar memeluk Islam.
Metode dakwah yang baik tentunya harus diimbangi dengan hasil yang baik pula.