- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Pandemi dan Pelajaran dari Sahabat Nabi

Google Search Widget

Masa pandemi seperti sekarang sering membuat orang merasa sulit dan gelisah. Kehidupan berubah dan mempengaruhi banyak hal, termasuk kesehatan seseorang. Namun, Islam selalu memberikan solusi yang tepat. Banyak hikmah dan pelajaran dari ajaran Islam yang, jika direnungkan, ternyata merupakan solusi dari permasalahan kehidupan manusia di dunia hingga akhirat.

Perubahan situasi saat pandemi menimbulkan dampak pada fisik maupun mental. Semua kalangan, mulai dari orang tua hingga anak-anak, merasakannya. Penyakit fisik tentu berdampak pada kesehatan jasmani seseorang, yang sedikit banyak juga mempengaruhi kesehatan mental atau rohani. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak-anak yang biasanya ceria bisa tiba-tiba menjadi murung akibat perubahan emosi dan psikologis. Hal ini juga berlaku untuk orang dewasa.

Bagaimana kita menyikapi hal ini? Adakah contoh teladan dari para sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam? Bagaimana kita dapat menerapkannya dalam konteks pandemi Covid-19 saat ini?

Pandemi atau wabah penyakit bukanlah hal baru. Sejak zaman dahulu, termasuk pada masa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, umat manusia sudah mengalami berbagai wabah. Ketika Nabi Muhammad pindah ke Madinah, kota tersebut ternyata sedang dilanda wabah penyakit yang ditandai dengan demam tinggi yang mengancam jiwa.

Imam Jalauddin As-Suyuthi mengisahkan dalam kitabnya mengenai kondisi Madinah yang berwabah. Dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan dari Aisyah bahwa ketika mereka tiba di Madinah, wabah sedang melanda. Ada pula ungkapan dari al-‘Uraniyyin yang menyatakan bahwa Madinah adalah wilayah yang berwabah, di mana pada masa pemerintahan Umar banyak orang meninggal karena wabah tersebut.

Syekh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dalam kitab Ar-Rahîqul Makhtûm menceritakan bahwa ketika Rasulullah sampai di Madinah, Abu Bakar dan Bilal merasakan sakit akibat demam tinggi. Aisyah berusaha untuk mengetahui keadaan mereka berdua. Abu Bakar biasanya menjawab dengan syair:

“Kala pagi setiap orang bisa berkumpul dengan keluarga,
Padahal kematian lebih dekat daripada tali terompahnya.”

Bilal pun melantunkan syair yang mencerminkan kerinduannya pada kota Mekkah. Dalam syairnya, Bilal mengekspresikan harapannya untuk kembali ke Mekkah setelah sembuh dari sakit. Hal ini menunjukkan usaha mereka dalam meringankan penderitaan melalui seni berbahasa yang merupakan ekspresi positif dari hati mereka.

Setelah mendengar keadaan itu, Aisyah melaporkannya kepada Rasulullah. Beliau berdoa agar penduduk Madinah dicintai seperti cinta mereka kepada Mekkah, serta memohon kesehatan dan keberkahan untuk kota tersebut. Doa Nabi menjadi pengharapan bagi orang-orang yang tertekan akibat wabah.

Kondisi anak-anak saat itu juga sangat unik. Meskipun wabah melanda, mereka tetap bermain dan berinteraksi dengan teman-teman mereka. Kedatangan Nabi Muhammad seolah menjadi magnet bagi anak-anak di Madinah. Beliau menyapa mereka dengan lembut, sehingga menciptakan suasana bahagia meskipun ada duka akibat wabah.

Aisyah, yang saat itu masih anak-anak, juga mengalami demam tinggi setelah berada di Madinah. Namun, dia tetap bermain setelah kondisi kesehatannya membaik. Pengalaman spiritualnya ketika mengabarkan sakit ayahnya dan sahabat Bilal memberinya keyakinan untuk tetap tenang dan ceria.

Hari ini, pandemi Covid-19 masih berlangsung dan banyak orang merasa tertekan dengan pembatasan kegiatan masyarakat. Anak-anak yang seharusnya bersekolah pun banyak yang terpaksa tinggal di rumah sebagai bentuk kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Dalam situasi ini, kita dapat meneladani kehidupan para sahabat Nabi yang mulia. Bagi mereka yang sedang sakit atau menjalani isolasi mandiri, penting untuk tetap menumbuhkan pikiran positif dan kecintaan kepada Nabi Muhammad agar dapat mempercepat kesembuhan.

Meskipun kita tidak tinggal di Madinah dan tidak pernah bertemu langsung dengan Nabi, kemampuan berpikir positif dan kecintaan kita sebagai umat Nabi tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Banyak ulama sebagai pewaris Nabi di sekitar kita yang mengajak untuk berdoa agar wabah ini segera diangkat. Kita juga bisa melakukan berbagai amalan saleh sesuai dengan bakat dan minat masing-masing untuk menumbuhkan semangat dan optimisme dalam menjalani hidup, terutama di masa sulit ini.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

December 25

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?