Peradaban selalu mengalami perkembangan yang sejalan dengan zaman dan manusia. Hal ini juga berlaku untuk kota Makkah sebelum diutusnya Nabi Muhammad ﷺ. Pada awalnya, masyarakat Arab memegang teguh agama Islam dan ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Dengan tulus, mereka beribadah hanya kepada Allah ﷻ. Namun, seiring berjalannya waktu dan melemahnya keimanan, mereka mulai melupakan ajaran tersebut dan lebih memilih menyembah berhala, mengikuti tradisi yang dianggap lebih baik dari kebiasaan mereka. Akibatnya, bangsa Arab, yang dikenal sebagai bangsa dermawan dan mulia, kehilangan kehormatan dan terjerumus dalam berbagai perbuatan haram dan tidak manusiawi.
Kondisi masyarakat Arab sebelum diutusnya Nabi Muhammad ﷺ bisa disebut sebagai zaman jahiliyah, di mana banyak kebiasaan buruk dan hina yang tidak dapat diterima oleh akal sehat. Ini menjadi tantangan besar bagi Rasulullah ﷺ dalam memulai dakwah di tengah masyarakat tersebut. Kehidupan sosial di kalangan mereka dibagi berdasarkan kelas dan suku. Terjadi perbedaan mencolok antara kaum bangsawan yang hidup dalam kemewahan dan kaum budak yang hidup dalam kekurangan serta kehinaan. Fanatisme kesukuan juga mengakibatkan persaingan yang sering berujung pada pertikaian.
Kebiasaan buruk lainnya yang merajalela adalah perlakuan zalim terhadap wanita. Laki-laki memiliki kebebasan untuk berpoligami tanpa batas, bahkan menikahi dua wanita bersaudara secara bersamaan, serta dapat menceraikan mereka semaunya. Perzinaan dianggap hal biasa, dan ada suami yang mengizinkan istrinya tidur dengan laki-laki lain demi mendapatkan keturunan yang dianggap lebih baik. Kelahiran anak perempuan menjadi aib, hingga sebagian dari mereka melakukan tindakan kejam dengan mengubur bayi perempuan hidup-hidup.
Selain itu, perjudian dan minuman keras juga menjadi hal yang umum di kalangan masyarakat Arab, bahkan dianggap sebagai kebanggaan tersendiri. Dengan kata lain, kondisi sosial saat itu sangat parah, sehingga kehidupan berlangsung tanpa aturan layaknya binatang.
Allah menjaga kepribadian Nabi Muhammad ﷺ di tengah kebiasaan buruk yang melingkupi masyarakatnya. Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, Rasulullah ﷺ selalu bersikap dengan akal sehat dan tidak terpengaruh oleh kebiasaan tersebut. Sebagai sosok yang sempurna, beliau selalu menjauh dari perbuatan tidak berperikemanusiaan.
Dengan kecerdasan dan ketajaman pikirannya, Rasulullah ﷺ mampu menganalisis kondisi masyarakat di sekitarnya. Beliau merasa risih dengan kebiasaan-kebiasaan yang jauh dari nilai kemanusiaan dan lebih memilih untuk memperbaiki akhlaknya sendiri. Sejak kecil, Rasulullah ﷺ sudah menunjukkan ketidaksukaannya terhadap penyembahan berhala dan tidak mau terlibat dalam upacara-upacara keagamaan yang menyimpang.
Meskipun kerusakan moral yang terjadi saat itu tidak memengaruhi jiwa Rasulullah ﷺ, ia lebih memilih untuk menyendiri dan merenungkan kehidupan serta penciptaan alam. Ketika bergaul dengan masyarakat, beliau selalu menunjukkan akhlak yang mulia dan terpuji.
Semua tindakan Rasulullah ﷺ adalah bagian dari rencana Allah ﷻ agar beliau dapat menjalankan misi besar dalam menyebarkan Islam. Di tengah kerusakan masyarakatnya, Rasulullah ﷺ tetap berusaha memperbaiki diri dan menampilkan kepribadian mulia kepada masyarakat Arab sehingga beliau diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.
Ketetapan Allah ﷻ senantiasa menjaga Rasulullah ﷺ dari godaan nafsu duniawi. Jika ada keinginan untuk mengikuti tradisi buruk, Allah ﷻ akan menolongnya dengan memberikan kesadaran untuk membatasi keinginan tersebut. Suatu ketika, Rasulullah ﷺ pernah merasa ingin menghadiri tontonan yang diselenggarakan oleh masyarakat Arab. Namun, ketika ia hendak melangkah, Allah ﷻ menghalangi dengan membuatnya tertidur hingga keesokan harinya.
Sikap ramah, lemah lembut, penuh kesopanan, serta sikap sabar dan kasih sayang selalu terlihat dari diri Rasulullah ﷺ. Ia dipelihara oleh pamannya Abu Thalib, dan Allah menjaga agar beliau terhindar dari perbuatan jahiliyah dan keburukan lainnya. Dengan demikian, Rasulullah ﷺ tumbuh sebagai sosok mulia yang memiliki keutamaan dalam keilmuan, budi pekerti, etika bergaul, kesabaran, amanah, dan kejujuran.
Rasulullah ﷺ adalah sosok menonjol di kalangan kaumnya, dihormati karena keluhuran akhlak dan sifat-sifat mulianya. Masyarakat memberinya gelar al-amin (terpercaya) karena dalam dirinya terdapat segala kebaikan. Kehadiran Rasulullah ﷺ menjadi penawar bagi bangsa Arab dari tradisi buruk dan mampu menghilangkan kebiasaan jahat yang merusak. Dengan sikapnya yang ramah dan penuh kasih sayang kepada semua kalangan, Rasulullah ﷺ berperan penting dalam mengembalikan kehormatan bangsa Arab sebagai umat yang dimuliakan oleh siapa pun.