- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kisah Pertemuan Nabi Muhammad dengan Pendeta Buhaira

Google Search Widget

Dalam kitab Fiqhus Sirah Nabawiyah, diceritakan perjumpaan Nabi Muhammad ﷺ dengan seorang pendeta Yahudi bernama Buhaira. Ketika Nabi Muhammad berusia 12 tahun, Abu Thalib membawanya dalam perjalanan dagang ke negeri Syam bersama kafilah Quraisy. Dalam perjalanan itu, mereka singgah di Bashra, di mana mereka bertemu Buhaira, seorang pendeta yang memahami Kitab Injil dan ajaran Yahudi dengan baik. Di sinilah Buhaira pertama kali melihat Nabi Muhammad ﷺ.

Buhaira adalah pendeta Nasrani yang masih mempertahankan tauhid kepada Allah ﷻ, meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain-Nya dan bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah. Dalam pertemuan tersebut, Buhaira mengamati Nabi Muhammad dengan cermat dan mengajaknya berbincang. Setelah percakapan itu, Buhaira menemui Abu Thalib dan menanyakan hubungan antara dia dan anak tersebut.

Abu Thalib menjawab bahwa Nabi Muhammad adalah putranya, menunjukkan kasih sayangnya yang besar. Namun, Buhaira segera membantah, mengatakan bahwa anak itu bukan putranya karena ayahnya sudah meninggal. Akhirnya, Abu Thalib menjelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah keponakannya. Buhaira kemudian bertanya tentang ayahnya, dan setelah mengetahui bahwa ayahnya meninggal saat ibunya mengandung, ia memberi peringatan kepada Abu Thalib untuk segera membawa pulang Nabi Muhammad dan melindunginya dari orang-orang Yahudi. Buhaira yakin bahwa keponakan Abu Thalib itu kelak akan memegang urusan yang sangat penting.

Kisah pertemuan ini menunjukkan bahwa Ahli Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, memiliki pengetahuan tentang kenabian Muhammad ﷺ dan tanda-tandanya melalui berita yang terdapat dalam kitab Taurat dan Injil. Sejarah mencatat bahwa kaum Yahudi bahkan memohon kemenangan dengan perantaraan Nabi Muhammad ﷺ sebelum beliau diutus. Mereka menyatakan bahwa seorang nabi akan segera datang dan mereka akan mengikutinya. Namun, ketika nabi yang mereka tunggu tiba, mereka justru tidak mengikutinya dan ingkar terhadap ajaran-ajaran yang dibawa.

Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ menegaskan sikap orang Yahudi yang melanggar janji mereka. Dalam QS Al-Baqarah: 89, Allah berfirman:

وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ

Artinya: “Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang membernarkan apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar.”

Ayat lain juga menekankan bahwa banyak orang kafir mengetahui ciri-ciri Nabi Muhammad ﷺ. Dalam QS Al-Baqarah: 146, Allah berfirman:

الذين آتَيْنَاهُمُ الكتاب يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقاً مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الحق وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Artinya: “Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahuinya.”

Imam al-Qurthubi meriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun, Umar bin Khaththab bertanya kepada Abdullah bin Salam, seorang Yahudi yang masuk Islam, “Apakah kamu mengenal Muhammad seperti kamu mengenal putramu sendiri?” Abdullah menjawab, “Ya. Bahkan lebih dari itu.”

Di samping itu, banyak informasi mengenai sifat-sifat Nabi Muhammad ﷺ berasal dari Kitab Injil dan para pendeta yang memahami kitab-kitab tersebut. Namun, tidak semua Ahli Kitab mau menyampaikan pengetahuan ini. Sebagian dari mereka malah menyembunyikannya. Hal ini juga diingatkan dalam Al-Qur’an:

وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لاَ يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَاذَا مِنْ عِندِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا

Artinya: “Dan di antara mereka ada yang buta huruf; mereka tidak memahami Kitab (Taurat), kecuali hanya berangan-angan dan mereka hanya menduga-duga. Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka sendiri, kemudian berkata, ‘Ini dari Allah,’ dengan maksud untuk menjualnya dengan harga murah.”

Kesimpulannya, meskipun ada Ahli Kitab yang mengetahui sifat-sifat dan karakter Rasulullah ﷺ melalui kitab Injil, tidak semua dari mereka menceritakan kebenaran kepada orang lain. Banyak di antara mereka yang buta huruf dan tidak mengetahui sifat Rasulullah karena informasi yang tidak disampaikan oleh Ahli Kitab lainnya.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?