Masyarakat Arab yang bermukim di daerah perkotaan memiliki kebiasaan unik untuk menitipkan bayi mereka kepada perempuan-perempuan desa. Bayi-bayi tersebut dirawat dan disusui dengan baik oleh perempuan desa sebagai bentuk tindakan preventif, mengingat iklim perkotaan yang kurang menguntungkan bagi kesehatan bayi. Praktik ini bertujuan agar bayi dapat tumbuh dengan baik dan kuat di lingkungan yang lebih sehat.
Nabi Muhammad pun mengalami hal serupa saat masih bayi. Beliau dirawat dan disusui oleh Halimah As-Sa’diyyah, seorang perempuan dari kabilah Sa’ad bin Bakr. Muhammad kecil tinggal di perkampungan tersebut hingga usia empat atau lima tahun. Halimah memiliki tiga orang anak: Abdullah bin Harits, Anisah binti Harits, dan Hudzafah (atau Judzamah) binti Harits, yang secara otomatis menjadi saudara susuan Rasulullah. Selain itu, Halimah juga menyusui pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib.
Sebelum disusui oleh Halimah, Muhammad sempat menyusu kepada Tsuwaibah al-Aslamiyah, mantan budak Abu Lahab. Tsuwaibah juga menyusui Hamzah, sehingga Rasulullah menjadi saudara susuan Hamzah dari dua jalur.
Keluarga Halimah hidup di perkampungan Sa’ad bin Bakr yang terkenal tandus dan sedang mengalami paceklik. Kondisi perekonomian mereka pun sulit, bahkan kedua bayi Halimah terus menangis karena kekurangan susu. Suatu hari, Halimah bersama perempuan-perempuan kampungnya pergi ke Makkah untuk menawarkan jasa ASI mereka. Dalam perjalanan, mereka merasa sangat kesulitan karena kendaraan mereka lemah dan kedua bayi terus menangis.
Di Makkah, perempuan-perempuan dari kampung Sa’ad mencari bayi untuk disusui. Sayangnya, tidak ada yang mau menyusui Rasulullah kecil karena statusnya sebagai anak yatim. Halimah pun nekat mengambil Rasulullah untuk disusui, meskipun sebelumnya tidak ada harapan.
Setelah menyusui Rasulullah, terjadi keajaiban. ASI Halimah tiba-tiba melimpah dan kedua bayi lainnya yang tadinya menangis pun bisa tenang. Unta tua miliknya juga mulai mengeluarkan susu. Keluarga Halimah merasakan keberkahan setelah mengasuh Muhammad kecil.
Setelah dua tahun, saatnya Muhammad kembali kepada ibunya, Siti Aminah. Namun, Halimah berusaha agar Muhammad tetap dirawatnya lebih lama karena khawatir akan kesehatan anak tersebut di kota. Usaha Halimah berhasil, dan ia bisa terus merawat Muhammad.
Dari kisah ini terdapat beberapa hikmah dan pelajaran yang dapat diambil. Pertama, kebaikan akan dibalas dengan kebaikan. Ketika Halimah tanpa pamrih merawat Nabi Muhammad, ia mendapatkan balasan yang lebih baik. Sementara itu, perempuan-perempuan lain yang menolak menyusui Rasulullah justru tidak mengalami perubahan dalam kehidupan mereka.
Kedua, penting untuk tidak putus asa. Meskipun semua perempuan sudah mendapatkan bayi untuk disusui, Halimah tetap berusaha hingga akhirnya menemukan Rasulullah kecil. Ketiganya adalah persiapan Allah untuk Sang Rasul. Masa kecil Rasulullah di lingkungan desa membentuk karakter dan kepribadian yang bersih serta baik, yang sangat penting untuk tugasnya sebagai nabi di kemudian hari.