- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Bani Israil dalam Al-Qur’an: Pelajaran dan Hikmah

Google Search Widget

Surat Al-Baqarah dalam Al-Qur’an membuka pembahasan dengan mengklasifikasikan tiga golongan umat manusia. Golongan pertama adalah kaum mukmin, yang dijelaskan dalam empat ayat (2-5). Golongan kedua adalah kaum kafir, dengan dua ayat yang menjelaskan mereka (6-7). Golongan ketiga adalah kaum munafik, yang mendapat penjelasan lebih panjang dalam 13 ayat (8-20). Kaum kafir terdiri dari dua sub-golongan: musyrik pagan dan Ahlul Kitab. Sementara itu, kaum munafik adalah mereka yang berpura-pura memeluk Islam namun sebenarnya ingkar di dalam hati, termasuk di dalamnya musyrik pagan dan Ahlul Kitab. Di antara Ahlul Kitab, yang paling keras memusuhi Nabi Muhammad adalah kaum Yahudi, keturunan Ibrahim melalui jalur Ya’qub, yang dikenal sebagai Bani Israil.

Setelah kisah pengangkatan Adam sebagai Khalifah (30-39), Al-Qur’an melanjutkan penjelasan tentang Bani Israil dan perilaku mereka. Dalam bagian ini, Allah mengingatkan nikmat dan karunia yang telah mereka terima serta menagih janji dan komitmen mereka. Allah menyelamatkan mereka dari kejaran tentara Fir’aun melalui mukjizat tongkat Musa yang membelah lautan. Namun, setelah diselamatkan, mereka ingkar. Ketika Musa naik ke Gunung Sinai untuk menerima sepuluh perintah Tuhan, mereka murtad dengan menyembah anak sapi. Allah juga menurunkan naungan dari sengatan matahari dan mencukupi kebutuhan pangan mereka dengan manna (sejenis madu) dan salwa (sejenis burung puyuh).

Setelah berhasil lepas dari kejaran Fir’aun, mereka tiba di tanah yang dijanjikan, Palestina. Mereka diperintahkan untuk memasuki Baitul Maqdis dengan cara membungkuk (58). Namun, banyak perilaku buruk Bani Israil yang tercatat dalam Al-Quran. Dengan tongkat Musa, Allah mencukupi kebutuhan air mereka dari batu yang dipukul, sehingga memancarkan 12 sumber air. Meski demikian, mereka tamak dan meminta sayur mayur seperti timun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah. Sebagian dari mereka juga melanggar kesucian Hari Sabat dan terkutuk menjadi kera (65) karena ketamakan mereka terhadap harta.

Al-Qur’an juga menggambarkan sikap bawel Bani Israil. Ketika salah satu di antara mereka terbunuh, mereka saling menuduh satu sama lain. Untuk menemukan pelaku pembunuhan tersebut, Allah memerintahkan Musa agar kaumnya menyembelih sapi betina. Mereka bertanya tentang ciri-ciri sapi tersebut: tidak muda dan tidak tua, warnanya kuning emas, serta tidak digunakan untuk membajak sawah. Setelah banyak pertanyaan yang menunjukkan sikap bawel mereka, ternyata sapi dengan kriteria tersebut dimiliki oleh seorang yatim piatu dengan harga yang tinggi. Setelah sapi disembelih, ekornya digunakan untuk memukul mayit, yang kemudian bangkit dan mengungkapkan siapa pembunuhnya.

Perilaku buruk lainnya yang dikecam Al-Qur’an adalah kurangnya penghormatan Bani Israil terhadap para nabi. Setelah Musa, berbagai nabi datang silih berganti, namun sebagian dari mereka didustakan dan dibunuh. Diceritakan bahwa dalam sehari, mereka bisa membunuh hingga 70 nabi. Di antara nabi yang dibunuh adalah Zakaria dan Yahya, serta upaya untuk mengeksekusi Isa.

Bani Israil juga tercela karena mengubah kitab suci. Hal ini terlihat dari pengakuan Ka’ab al-Ahbar, seorang Yahudi yang masuk Islam. Ia menyatakan bahwa ayahnya mengajarinya seluruh isi Taurat kecuali satu lembar yang disimpan dalam peti. Ketika membuka peti setelah ayahnya meninggal, ia menemukan informasi tentang seorang Nabi akhir zaman yang lahir di Makkah dan berhijrah ke Madinah.

Mereka mengetahui tentang Nabi Muhammad tetapi memilih untuk menghapus informasi tersebut. Beberapa Ahlul Kitab yang jujur mengakui bahwa nama Muhammad atau Ahmad tertulis dalam Perjanjian Lama dan Baru (QS Al-A’raf [7]: 157).

Setelah menjelaskan perilaku Bani Israil di masa lalu, Allah bertanya kepada Nabi Muhammad apakah beliau berharap mereka akan mengimaninya. Dalam QS Al-Baqarah [2: 75], Allah menyatakan bahwa segolongan dari mereka mendengar firman Allah namun mengubahnya setelah memahaminya.

Ketika Muhammad kecil dibawa ke Syam oleh Abu Thalib, Buhaira, seorang pendeta Kristen Nestorian, menemukan tanda-tanda kenabian pada anak tersebut dan memperingatkan Abu Thalib untuk menjaga Muhammad dari Yahudi. Ia memperingatkan bahwa jika mereka mengenali Muhammad seperti dirinya, mereka akan mempersekusinya.

Uraian tentang Bani Israil ditutup dengan ayat terkenal yang menyatakan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepada Muhammad sebelum beliau mengikuti agama mereka (QS Al-Baqarah [2: 120]).

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

December 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?