Pimpinan penindasan ini adalah Abu Lahab, musuh utama umat Islam. Sebagai pemuka Quraisy, ia memiliki kekuatan untuk mengeksekusi aksinya. Abu Lahab bahkan menguntit Rasulullah saat musim haji dan di pasar-pasar, mendustakan ajarannya, serta melakukan kekerasan fisik hingga Rasulullah terluka.
Istrinya, Ummu Jamil, tidak kalah kejam. Ia memasang duri di jalan yang biasa dilalui Rasulullah, mencaci maki, menyebarkan berita bohong, serta mengobarkan fitnah dan peperangan terhadap Nabi. Al-Qur’an mencatat kekejaman mereka dalam surat Al-Lahab.
Abu Jahal juga berperan dalam penindasan ini. Suatu ketika, ia mengganggu Rasulullah di bukit Shafa dan memukulnya hingga kepala beliau berdarah. Uqbah bin Abi Muith, seorang Quraisy lainnya, pernah melilitkan kain di leher Rasulullah saat beliau sedang shalat di Hijir Ismail. Untungnya, Abu Bakar datang dan menolong.
Uqbah pernah melemparkan jeroan unta ke punggung Rasulullah saat beliau sujud. Beliau tidak dapat bangkit hingga Siti Fatimah datang untuk mengangkatnya. Ada juga kejadian ketika seorang kafir Quraisy menaburkan debu ke kepala Rasulullah, membuat wajah beliau penuh debu yang diseka oleh putrinya dengan tangisan.
Penyiksaan juga dialami para sahabat Rasulullah. Ammar bin Yasir, mantan budak Bani Makhzum, beserta keluarganya disiksa dengan sangat kejam. Ayah Ammar, Yasir, meninggal dalam penyiksaan tersebut, diikuti oleh ibunya, Sumayyah.
Khabbab bin al-Arat, seorang budak milik Ummi Anmar binti Siba’ al-Khuza’iyyah, mengalami siksaan yang tidak kalah pedih, sampai dilemparkan ke dalam api yang membara. Shuhaib bin Sinan al-Rumi disiksa hingga kehilangan ingatan, sementara Bilal, budak milik Umayyah bin Khalaf al-Jumahi, dipaksa berjalan di bawah terik matahari dengan leher dililit tali.
Puncak penyiksaan terjadi ketika Bilal ditindih batu besar setelah diseret di tanah lapang yang panas. Masih banyak lagi bentuk penindasan lainnya yang dialami oleh umat Muslim saat itu.
Hikmah dari peristiwa ini dapat diambil sebagai berikut:
- Menjadi Hamba Sejati
Setiap hamba Allah pasti akan menghadapi beban dalam menjalani ibadah. Menyebarkan agama Islam dan berjihad adalah bentuk taklif yang paling tinggi pada masa itu. Ketika para sahabat dapat menjalankan tugas ini meski dengan risiko besar, mereka memperoleh derajat kehambaan yang sempurna. - Mengangkat Derajat Orang-Orang yang Beriman
Cobaan yang diberikan Allah kepada setiap hamba sesuai dengan derajatnya di hadapan-Nya. Semakin tinggi derajat seseorang, semakin berat ujian yang harus dihadapi. Para Nabi dan sahabat adalah contoh hamba yang memiliki derajat tinggi. - Menguji Ketulusan Iman
Cobaan menjadi penguji ketulusan iman seseorang. Ketulusan Rasulullah dan para sahabat dalam menghadapi cobaan menunjukkan komitmen mereka terhadap keimanan. Pahala yang besar datang bersama ujian yang besar pula. - Sebagai Sunnatullah
Penyiksaan yang dialami oleh Rasulullah dan para sahabat adalah bagian dari sunnatullah yang juga dialami oleh nabi-nabi sebelumnya. Pengalaman ini menunjukkan bahwa penindasan terhadap umat beriman bukanlah hal baru.
Dengan demikian, peristiwa ini bukan hanya sekadar kisah sejarah, tetapi juga sarat dengan pelajaran berharga tentang ketulusan iman, pengorbanan, dan ketaatan kepada Allah SWT.