Setelah penaklukan Makkah oleh Rasulullah ﷺ, beberapa kabilah Arab seperti Bani Tsaqif dan Hawazin masih belum menyerah. Mereka merasa tidak senang dengan keberhasilan umat Islam di Makkah dan bersatu untuk melawan. Di bawah pimpinan Malik bin Auf, mereka merencanakan serangan terhadap kaum Muslimin dengan mengerahkan semua sumber daya, termasuk anak-anak dan wanita.
Mendengar rencana ini, Rasulullah ﷺ mengutus sahabatnya, Abdullah bin Abi Hadrad al-Aslami, untuk mengklarifikasi informasi tersebut. Setelah memastikan kebenarannya, Rasulullah ﷺ bersiap untuk berperang. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Perang Hunain, yang terjadi pada bulan Syawal tahun 8 Hijriah di lembah Hunain, antara Makkah dan Thaif. Dalam perang ini, tentara Muslim berjumlah 12.000 personel, terdiri dari 10.000 penduduk Madinah dan 2.000 dari Makkah.
Sebelum berangkat, Rasulullah ﷺ mengangkat ‘Attab bin Usaid al-Umawi yang baru berusia 20 tahun sebagai pemimpin Makkah. Dengan demikian, beliau berangkat ke lokasi perang bersama 12.000 pasukan. Sementara itu, pihak musuh di bawah komando Malik bin Auf mempersiapkan strategi serangan dengan menyebar pasukannya di berbagai sudut lembah Hunain.
Ketika Rasulullah ﷺ dan pasukan tiba di lembah Hunain dalam keadaan gelap, mereka diserang secara mendadak dari tempat persembunyian musuh. Pasukan Muslimin mengalami kekacauan dan mundur tanpa teratur. Strategi Malik bin Auf berhasil membuat pasukan Islam terpecah-belah dan bingung. Dalam situasi tersebut, Rasulullah ﷺ segera menyingkir ke sisi kanan dan memanggil para sahabatnya untuk berkumpul kembali.
Mendengar seruan Rasulullah ﷺ yang penuh keyakinan, para prajurit pun kembali ke medan perang dengan semangat yang tinggi. Pertempuran kembali berkecamuk, dan saat melihat semangat pasukannya pulih, Rasulullah ﷺ mengambil beberapa kerikil dan melemparnya ke arah musuh sambil bersabda bahwa saatnya perang telah tiba.
Allah kemudian menurunkan ketenangan kepada Rasulullah ﷺ dan umat Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan bahwa Dia telah memberikan pertolongan kepada kaum mukminin di banyak medan perang, termasuk Perang Hunain. Pasukan musuh yang awalnya percaya diri tiba-tiba kehilangan keberanian dan terpaksa mundur. Banyak dari mereka yang terbunuh atau ditangkap.
Setelah kemenangan, Rasulullah ﷺ melanjutkan perjalanan menuju Thaif dan mengepung kota tersebut selama lebih dari dua puluh hari. Namun, saat melihat banyak orang mengerumuni wanita yang telah dibunuh, Rasulullah ﷺ menegur para sahabatnya agar tidak membunuh anak-anak, wanita, dan budak.
Setelah peperangan usai, sikap lembut Rasulullah ﷺ terlihat jelas ketika seorang sahabat meminta agar beliau mendoakan kehancuran kabilah Tsaqif. Sebagai gantinya, Rasulullah ﷺ berdoa agar Allah memberi petunjuk kepada mereka. Doa ini menunjukkan kebijaksanaan dan kelembutan hati beliau.
Tidak lama setelah itu, kabilah Tsaqif mengirim utusan untuk menyatakan keislaman mereka. Sikap lemah lembut Rasulullah ﷺ memberikan dampak besar bagi perkembangan ajaran Islam di kalangan mereka. Kemenangan di Perang Hunain bukan hanya kemenangan militer, tetapi juga kemenangan dalam mendekatkan hati kepada Allah dan membawa hidayah bagi segenap umat manusia.