- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kepemimpinan Sayyidina Umar bin Khattab: Teladan Kesederhanaan dan Kejujuran

Google Search Widget

Sayyidina Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang berani dan tegas. Namun, di balik ketegasannya, ia juga seorang pemimpin yang ramah dan jujur. Ia menolak praktik korupsi, kolusi, nepotisme, dan gratifikasi dengan tegas.

Suatu malam, utusan dari Azerbaijan tiba di Madinah untuk menemui Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Karena malam sudah larut, ia memutuskan untuk tidur di Masjid Nabawi agar keesokan harinya bisa segera menghadap Khalifah. Saat hendak tidur, ia mendengar suara tangisan memohon kepada Allah di kesunyian malam.

“Ya Tuhanku, aku sedang berdiri di depan pintu-Mu. Apakah Engkau menerima tobatku supaya aku bisa mengucap selamat kepada diriku, atau Engkau menolaknya supaya aku menyampaikan ungkapan duka cita kepada diriku,” ucap suara tersebut.

Utusan dari Azerbaijan merasa tertarik dan mendekat. “Wahai saudaraku, jika aku boleh tahu siapakah dirimu?” tanya utusan itu. “Aku Umar bin Khattab,” jawabnya.

Utusan tersebut terkejut mendengar jawaban itu. Ia tidak menyangka bahwa orang yang ditemuinya adalah Amirul Mukminin. Segera ia memperkenalkan diri kepada Umar.

“Semoga Allah merahmatimu, Aku takut kalau aku tidur semalam suntuk akan menghilangkan diriku di hadapan Allah dan jika aku tidur sepanjang siang hari berarti menghilangkan diriku di hadapan rakyat,” kata Umar.

Setelah shalat fajar, Umar mengundang tamunya untuk singgah di rumahnya. Ia meminta istrinya, Ummu Kultsum, untuk menyajikan makanan. “Wahai Ummu Kultsum, suguhkan makanan yang ada. Kita kedatangan tamu jauh dari Azerbaijan,” katanya.

“Kita tidak mempunyai makanan, kecuali roti dan garam,” jawab Ummu Kultsum. “Tidak mengapa,” kata Umar.

Mereka pun makan roti dengan garam. Setelah makan, utusan Azerbaijan berkata, “Walikota Azerbaijan menyuruhku menyampaikan hadiah ini untuk Amirul Mukminin,” sambil menunjukkan sebuah bungkusan. “Bukalah bungkusan ini dan lihat apa isinya!” perintah Umar.

Setelah dibuka, ternyata isinya adalah gula-gula. “Ini adalah gula-gula khusus buatan Azerbaijan,” jelas utusan itu. “Apakah semua kaum Muslimin mendapatkan kiriman gula-gula ini?” tanya Umar.

Utusan tersebut tertegun atas pertanyaan Umar dan menjawab, “Oh tidak Baginda, gula-gula ini khusus untuk Amirul Mukminin.”

Mendengar jawaban itu, Umar marah. Ia segera memerintahkan utusan untuk membawa gula-gula tersebut ke masjid dan membagikannya kepada fakir miskin.

“Barang ini haram masuk ke dalam perutku, kecuali jika kaum Muslimin memakannya juga,” tegas Umar.

Umar juga menambahkan, “Dan engkau cepatlah kembali ke Azerbaijan, beritahukan kepada yang mengutusmu bahwa jika ia mengulangi ini kembali, aku akan memecat dari jabatannya!”

Kisah ini menunjukkan kesederhanaan dan kehati-hatian Sayyidina Umar bin Khattab saat menjadi khalifah. Ia sangat takut kepada Allah sehingga matanya tidak bisa terpejam sepanjang malam, khawatir tidak mendapatkan ampunan-Nya.

Di malam yang tenang saat rakyatnya tidur nyenyak, ia bangun dan mendekatkan diri di masjid tanpa pengawal. Di rumahnya, tidak ada makanan istimewa seperti para penguasa saat ini. Istri Umar hanya memiliki roti dan garam, makanan sehari-hari rakyat biasa.

Jauh dari kemewahan dan keserbaadaan, sebagai Khalifah dan pemimpin negara, ia tidak malu menyuguhkan makanan roti gandum kepada tamunya, karena itulah makanan kesehariannya.

Tatkala menerima hadiah atau gratifikasi dari utusan Azerbaijan, ia pun mempertanyakan, “Apakah semua kaum Muslimin mendapatkan kiriman gula-gula ini?” Pertanyaan itu penting bagi Umar. Jika ternyata seluruh kaum Muslimin menerima hadiah tersebut, maka wajar baginya untuk menerimanya. Namun jika tidak, maka tidak layak bagi dirinya untuk menerima hadiah secara sendirian. Ternyata benar, hadiah itu khusus untuk Amirul Mukminin sehingga Umar menolaknya.

Azerbaijan adalah wilayah di Iran yang pertama kali dimasuki kaum Muslim antara 19-23 H/639-643 M. Gubernur pertamanya adalah Hudzaifah bin Al-Yaman, lalu Umar mengangkat Utbah bin Farqad sebagai gubernur wilayah Tabriz/Azerbaijan menggantikan Hudzaifah.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 10

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?