Syekh Abdul Qadir Jailani, yang dikenal dengan gelar Sulthanul Awliya atau pemimpin para wali, merupakan sosok yang sangat dihormati dalam tradisi Islam. Sayyid Bakri, keturunan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq, menyatakan bahwa perjalanan spiritual Syekh Abdul Qadir menempuh jalan yang tidak biasa bagi banyak orang. Ia memilih jalan kemurahan hati, kerendahan hati, dan kesucian batin dari berbagai penyakit hati. Sebagian besar orang beranggapan bahwa cara mendekatkan diri kepada Allah hanya melalui ibadah lahiriah. Nama Syekh Abdul Qadir sering disebut oleh umat Islam dalam proses tawashul di setiap doa, seperti dalam tahlilan di Indonesia.
Selain dikenal karena karomahnya, Syekh Abdul Qadir juga merupakan seorang ulama yang produktif dengan banyak karya intelektual. Beberapa kitab yang dihasilkan oleh beliau antara lain:
- Tafsir Al-Jilani
- Al-Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq
- Futuh al-Ghaib
- Al-Fath ar-Rabbani wa al-Faydh ar-Rahmani
- Jala’ al-Khawathir
- Sirr al-Asrar
- Asror Al-Asror
- Malfuzhat
- Khamsata ‘Asyara Maktuban
- Ar-Rasail
- Ad-Diwaan
- Shalawat wal Aurod
- Yawaqitul Hikam
- Jalaa al-Khotir
- Amrul Muhkam
- Usul as-Sabaa
- Mukhtasar Ulumiddin
Salah satu karya paling terkenal adalah Futuh al-Ghaib, yang dianggap sebagai salah satu karya sastra Islam terbaik. Buku ini dihargai tidak hanya karena materi dan gaya penulisannya, tetapi juga nilai edukatifnya yang besar bagi umat Islam dan non-Muslim. Karya ini telah memberikan pengaruh signifikan kepada banyak orang, termasuk umat Kristen dan Yahudi, sehingga sebagian di antara mereka menerima iman dalam Islam.
Sirr al-Asrar juga merupakan salah satu karya terkenal dari Syekh Abdul Qadir. Kitab ini berfungsi sebagai jembatan menuju tiga karyanya lainnya: al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq, al-Fath ar-Rabbani wa al-Faydh ar-Rahmani, dan Futuh al-Ghaib. Karya ini, yang ditulis sekitar seribu tahun lalu, menjadi bekal bagi umat Islam untuk meraih kedekatan dengan Allah.
Dalam Sirr al-Asrar, Syekh Abdul Qadir menjelaskan beragam jenis ilmu, yang dibagi menjadi empat bagian: pertama, ilmu lahiriyah yang mencakup syariat berupa perintah dan larangan; kedua, ilmu syariat batin atau tarekat; ketiga, ilmu tarekat batin atau makrifat; dan keempat, inti ilmu batin atau hakikat.
Karya lainnya yang juga fenomenal adalah Tafsir Al-Jilani, yang ditemukan oleh salah satu cucunya, Syekh Muhammad Fadhil Jailani, setelah naskahnya hilang selama 800 tahun. Kitab ini berisi 30 Juz dan ditemukan secara utuh di Vatikan, tersimpan dengan baik di perpustakaan.
Syekh Abdul Qadir Jailani meninggalkan warisan yang sangat berarti dalam sejarah pemikiran Islam melalui karya-karya intelektualnya yang mendalam dan inspiratif.