- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Abu Bakar: Sosok Pertama yang Memeluk Islam dengan Penuh Keyakinan

Google Search Widget

Abu Bakar lahir dengan nama Abdullah bin Abu Quhafah at-Taimy, sedangkan ibunya bernama Ummu al-Khair, atau Salma binti Sakhar. Nasabnya mengarah ke Nabi Muhammad melalui Murrah bin Ka’ab. Ia dilahirkan di Makkah pada tahun 573 M, dua tahun enam bulan setelah Tahun Gajah, menjadikannya lebih muda sekitar 2,5 tahun dari Nabi Muhammad.

Sebagai anak dari keluarga pedagang kaya, Abu Bakar tumbuh dalam lingkungan yang mempengaruhi kesuksesannya di kemudian hari. Keluarga yang berada juga memberikan pendidikan yang baik, sehingga ia sering bepergian ke berbagai tempat seperti Yaman dan Syam untuk berdagang.

Sayangnya, informasi mengenai masa kecil dan remaja Abu Bakar sangat terbatas. Di tengah masyarakat Arab yang berada dalam zaman jahiliyah, di mana penyembahan berhala adalah hal biasa, Abu Bakar pun diajarkan untuk menyembah berhala. Suatu ketika, ia meminta makanan dan pakaian kepada berhala, tetapi permintaannya tidak dikabulkan. Dalam kebingungan dan kemarahan, ia memecahkan berhala tersebut dengan batu, yang menandai akhir dari penyembahannya terhadap berhala.

Memasuki masa remaja, Abu Bakar bekerja sebagai pedagang kain dan berhasil mengembangkan usaha dengan laba yang signifikan. Di usia muda, ia menikah dengan Qutailah binti Abdul Uzza dan dikaruniai dua anak, yakni Abdullah dan Asma.

Terdapat berbagai pandangan mengenai nama dan julukan Abu Bakar. Sebelum masuk Islam, ia dikenal dengan nama Abdul Ka’bah, namun Nabi Muhammad menggantinya menjadi Abdullah setelah ia memeluk Islam. Ada pula pendapat bahwa ia sebelumnya disebut Atiq, terkait dengan nazar ibunya yang ingin memberi nama tersebut jika melahirkan anak laki-laki. Julukan ini juga bisa jadi diberikan karena kulitnya yang cerah atau sebagai gelar dari Nabi Muhammad.

Julukan Abu Bakar banyak ditemukan dalam berbagai catatan sejarah. Menurut beberapa penulis, julukan ini merujuk pada dirinya yang menjadi orang pertama (bakr) di antara yang lain untuk memeluk Islam. Ali al-Tanthawy menambahkan bahwa julukan ini menunjukkan kedudukan terhormat Abu Bakar dalam suku Quraisy.

Gelarnya sebagai as-Siddiq muncul setelah peristiwa Isra Mi’raj, di mana ia langsung membenarkan kisah Nabi Muhammad tentang perjalanan tersebut, sementara banyak orang meragukannya. Keberaniannya untuk mempercayai tanpa keraguan inilah yang membedakannya dari yang lain.

Ketika Nabi Muhammad mulai menyerukan ajaran Islam, Abu Bakar adalah orang pertama yang menerimanya tanpa ragu. Dalam satu hadits, Nabi Muhammad mengungkapkan bahwa tidak ada orang lain yang menerima ajarannya secepat Abu Bakar. Kepercayaan Abu Bakar terhadap Nabi Muhammad sudah terbangun sejak lama karena ia mengenal karakter dan kejujuran Nabi sebelum diangkat sebagai seorang nabi.

Abu Bakar memiliki pandangan bahwa penyembahan berhala adalah tindakan bodoh dan tidak benar. Dalam Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, ia digambarkan sebagai sosok yang lembut namun tegas, memiliki kedudukan tinggi di kaumnya, serta terhindar dari kebiasaan buruk masyarakat jahiliah. Dengan segala kepribadiannya itu, Abu Bakar menerima ajaran Islam dengan sepenuh hati dan menjadi salah satu pilar utama dalam penyebaran agama ini.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 21

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?