Dalam salah satu ayat Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa dalam diri Nabi Muhammad terdapat suri teladan yang baik (uswah hasanah). Oleh karena itu, setiap Muslim perlu mengetahui kisah hidup atau biografi Nabi Muhammad agar dapat meneladaninya dengan baik dan benar.
Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang ditugaskan Allah untuk menyampaikan risalah langit kepada umat manusia. Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad merupakan penyempurna dari agama yang dibawa para nabi dan rasul sebelumnya. Beliau menyebarkan agama Islam kepada umatnya dengan penuh perjuangan dan dedikasi.
Nabi Muhammad mengalami kehidupan yang penuh liku meskipun beliau adalah manusia istimewa pilihan Allah. Terlebih saat menyebarkan ajaran Islam, beliau menghadapi berbagai macam rintangan, tantangan, penolakan, halangan, bahkan upaya pembunuhan. Namun, beliau menghadapinya dengan penuh kasih sayang, karena diutus sebagai rahmat bagi semesta Allah, tanpa terkecuali satu makhluk pun.
Kelahiran Nabi Muhammad dipenuhi dengan berbagai riwayat dan pendapat. Menurut riwayat yang paling dikenal, beliau lahir pada Tahun Gajah—tahun ketika Raja Abrahah dari Yaman dan pasukan bergajahnya menyerang Ka’bah. Tepatnya, beliau lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal atau bertepatan dengan 29 Agustus 580 Masehi di Makkah. Riwayat ini bersumber dari Imam Ibnu Ishaq yang meriwayatkan bahwa “Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal 12 di malam yang tenang pada bulan Rabi’ul Awwal, Tahun Gajah.”
Banyak peristiwa ajaib dan luar biasa terjadi menjelang dan setelah kelahiran Nabi Muhammad. Pada malam kelahirannya, pintu-pintu surga dibuka lebar, pintu-pintu neraka ditutup rapat, ribuan malaikat turun ke bumi, bulan terbelah, bintang-bintang bersinar terang, dan burung-burung bercahaya memenuhi rumah Sayyidah Aminah—ibunda Nabi Muhammad. Setelah kelahirannya, jin tidak dapat lagi mengintip berita langit, arsy bergetar hebat, seluruh langit dipenuhi cahaya, Istana Kisra berguncang hingga 14 balkonnya roboh, api abadi yang disembah umat Majusi padam, Gereja di Buhaira roboh, dan Ka’bah bergetar selama tiga hari menyambut kehadiran Nabi Muhammad.
Nama Muhammad sendiri bukanlah pemberian manusia. Ia adalah nama yang disampaikan Allah kepada ibundanya Sayyidah Aminah dan kakeknya Abdul Muthalib melalui malaikat dan isyarat mimpi. Dalam satu riwayat yang tercantum dalam al-Sirah al-Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, dikatakan bahwa malaikat menginformasikan kepada Sayyidah Aminah bahwa anaknya adalah pemimpin umat dan meminta agar menamainya Muhammad.
Kakeknya, Abdul Muthalib, juga mendapatkan inspirasi nama tersebut dari mimpinya. Ketika cucunya lahir, Abdul Muthalib membawanya ke Ka’bah dan bertawaf. Setelah itu, saat ditanya orang-orang tentang nama cucunya, ia menjawab Muhammad. Saat orang-orang bertanya mengapa dinamakan demikian—sebuah nama yang terdengar asing di kalangan masyarakat Arab saat itu—Abdul Muthalib menjelaskan, “Sesungguhnya aku sangat ingin semua penduduk bumi memujinya.” Secara bahasa, Muhammad berarti yang dipuji atau terpuji.
Nabi Muhammad menjadi yatim piatu sejak kecil. Ayahnya, Sayyidina Abdullah, wafat saat beliau masih dalam kandungan. Sang ayah jatuh sakit dan wafat dalam perjalanan kembali ke Makkah setelah sebulan berdagang di Syam. Ia dimakamkan di Madinah. Ibu Nabi Muhammad, Sayyidah Aminah, meninggal dunia ketika beliau berusia enam tahun.
Nabi Muhammad menghabiskan masa kecil bersama ibunya selama tiga tahun. Saat berusia satu hingga dua tahun, beliau tinggal bersama ibu susuannya, Sayyidah Halimah as-Sa’diyah di kampung Bani Sa’d. Keluarga Arab pada masa itu sering menitipkan anak mereka kepada perempuan desa atau gurun untuk disusui agar terhindar dari penyakit perkotaan dan supaya anak-anak mereka fasih berbahasa Arab.
Setelah tinggal bersama Halimah as-Sa’diyah, Nabi Muhammad kembali tinggal bersama ibunya hingga ibunya wafat. Beliau kemudian diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib. Namun tidak lama setelah itu, kakeknya juga wafat dan Nabi diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Pada usia delapan tahun, Nabi Muhammad mulai bekerja menggembala kambing milik orang kaya di Makkah. Ada beberapa alasan mengapa beliau memilih pekerjaan tersebut: pertama, membantu meringankan beban ekonomi Abu Thalib; kedua, menggembala kambing tidak memerlukan modal; dan ketiga, Nabi Muhammad senang berada di padang luas untuk merenungkan segala sesuatu tanpa ada gangguan. Beliau menjadi penggembala kambing selama kurang lebih empat tahun.
Ketika berusia 12 tahun, beliau diajak Abu Thalib untuk ikut dalam kafilah dagang ke Syam. Sejak saat itu, beliau semakin mendalami dunia perdagangan. Suatu ketika, Sayyidah Khadijah membuka lowongan kerja untuk menjajakan barang dagangannya. Abu Thalib menawarkan pekerjaan ini kepada Nabi Muhammad yang kemudian diterima.
Tugas pertama Nabi Muhammad adalah berniaga ke negeri Syam dengan membawa barang dagangan berupa kain-kain bersama Maisaroh—budak Sayyidah Khadijah. Berkat kerja keras, sikap jujur, dan amanahnya, Nabi Muhammad berhasil menjajakan barang dagangannya dengan baik hingga semuanya laku terjual dan menghasilkan keuntungan besar. Setelah mendengar cerita dari Maisaroh tentang sikap Nabi Muhammad dalam berdagang, Sayyidah Khadijah terkesima.
Di usia 17 tahun, Nabi Muhammad sudah menjadi pemimpin kafilah dagang ke luar negeri dan berdagang hingga ke 17 negara lebih seperti Syam, Yordania, Bahrain, Busra, Irak, Yaman, dan lainnya. Dalam Sirah Nabawiyyah karya al-Mubarakfury disebutkan bahwa Nabi Muhammad menggandeng as-Saib bin Abus-Saib sebagai partner saat memulai bisnis. Bagi Nabi Muhammad, Abus-Saib adalah rekan bisnis terbaiknya karena tidak pernah berselisih atau curang.
Demikianlah biografi Nabi Muhammad dari kelahirannya hingga masa remajanya.