Bulan Ramadhan memiliki makna yang sangat penting bagi umat Islam, di mana mereka yang tidak memiliki uzur diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh setiap tahunnya. Namun, pertanyaan yang muncul adalah mengapa puasa dilaksanakan pada bulan Ramadhan, sementara ada sebelas bulan lainnya dalam setahun?
Sejarah penetapan bulan Ramadhan sebagai waktu untuk berpuasa dapat ditelusuri lebih dalam. Dalam tradisi masyarakat Arab sebelum Islam, puasa sudah dikenal dan dilaksanakan. Misalnya, masyarakat Quraisy pada masa jahiliyyah biasa berpuasa pada hari Asyura, yaitu tanggal 10 Muharram. Rasulullah SAW juga mendorong para sahabat untuk melaksanakan puasa pada hari tersebut, dengan mengingatkan bahwa siapa yang ingin berpuasa silakan, dan yang ingin berbuka juga dipersilakan.
Tradisi berpuasa ini kemudian berlanjut hingga diwajibkannya puasa di bulan Ramadhan. Hal ini menunjukkan bahwa praktik puasa telah ada sebelumnya di kalangan bangsa Arab.
Rasulullah SAW dibesarkan dalam lingkungan masyarakat Quraisy yang memiliki kebiasaan beribadah. Dalam catatan sejarah, Rasulullah sering melakukan pertapaan di Gua Hira selama sebulan setiap tahunnya. Pada bulan ini, masyarakat Quraisy juga melakukan berbagai bentuk kebaikan dan kesalehan. Bulan yang dimaksud adalah bulan Ramadhan, di mana Al-Qur’an diturunkan.
Allah memilih bulan Ramadhan sebagai waktu untuk kewajiban berpuasa, karena bulan ini merupakan waktu pertapaan dan peningkatan spiritual bagi Rasulullah SAW. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 183, Allah memerintahkan umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa di bulan ini.
Pada tahun pertama perintah kewajiban puasa Ramadhan, terdapat larangan bagi para sahabat untuk mendekati istri mereka pada malam hari selama puasa. Namun, Al-Qur’an kemudian memberikan kemudahan melalui Surat Al-Baqarah ayat 187, yang mengizinkan mereka untuk bergaul dengan istri pada malam puasa.
Puasa sunnah juga dianjurkan oleh Rasulullah di luar bulan Ramadhan, tetapi puasa Ramadhan diwajibkan untuk pertama kalinya pada tahun kedua hijriyyah. Dengan demikian, bulan Ramadhan tidak hanya menjadi bulan ibadah, tetapi juga bulan yang kaya akan makna dan sejarah bagi umat Islam.