Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah istri ketiga Nabi Muhammad SAW, setelah Sayyidah Khadijah radhiyallahu ‘anha dan Sayyidah Saudah binti Zam’ah. Ia adalah putri Sayyidina Abu Bakar bin Abu Quhafah dan Ummu Ruman. Dikenal sebagai sosok yang cerdas, berwawasan luas, penuh kasih, dan banyak meriwayatkan hadits Nabi.
Sayyidah Aisyah merupakan satu-satunya gadis yang dinikahi Nabi Muhammad. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai usia pernikahannya. Beberapa berpendapat bahwa Aisyah berusia enam atau tujuh tahun saat dinikahi dan sembilan tahun saat mulai berumah tangga. Pendapat lain menyatakan bahwa usianya saat berumah tangga adalah 19 atau 20 tahun berdasarkan riwayat Abdurrahman bin Abu Abi Zannad dan Ibnu Hajar al-Asqalani.
Ia juga pernah menjadi korban hoaks (hadits al-ifki) ketika difitnah melakukan perselingkuhan dengan Shafwan ibn Muaththal. Kabar tersebut sangat mengganggu rumah tangga Nabi Muhammad dan Sayyidah Aisyah. Allah kemudian membela Aisyah dan meluruskan berita yang salah tersebut melalui QS An-Nur: 11-21, menjadikannya salah satu kisah paling terkenal tentang dirinya.
Di samping itu, ada beberapa hal menarik tentang Sayyidah Aisyah yang mungkin jarang diketahui. Pertama, ia memiliki julukan dan nama panggilan. Aisyah dikenal memiliki perangai baik, kulit putih, dan wajah cantik. Karena itu, Nabi Muhammad memberinya julukan Humaira. Suatu ketika, Aisyah meminta Nabi untuk memberinya nama panggilan seperti teman-temannya. Nabi kemudian memberinya nama panggilan Ummu Abdullah, sesuai dengan anak laki-lakinya, Abdullah bin Zubair.
Kedua, pernikahan Aisyah dengan Nabi terjadi atas perintah langsung dari Allah. Dalam sebuah riwayat, beliau mengungkapkan bahwa alasan Nabi menikahinya adalah karena mimpi yang berulang kali dialaminya. Dalam mimpinya, Jibril membawa gambar Aisyah dan menyatakan bahwa ia adalah istrinya.
Ketiga, Aisyah pernah ‘dijodohkan’ dengan Jubair. Setelah wafatnya Sayyidah Khadijah, Nabi Muhammad disarankan untuk menikah kembali oleh Khaulah binti Hakim, yang merekomendasikan Saudah binti Zam’ah dan Aisyah binti Abu Bakar. Namun, Abu Bakar awalnya tidak langsung menerima lamaran Nabi karena ada permintaan sebelumnya dari Muth’im bin Adi untuk Jubair. Setelah mengetahui bahwa Muth’im tidak akan menikahkan putranya dengan Aisyah, Abu Bakar akhirnya menerima lamaran Nabi.
Keempat, Sayyidah Aisyah hidup bersama Nabi Muhammad selama sembilan tahun. Ia menikah pada usia sembilan tahun dan Nabi wafat ketika Aisyah berusia 18 tahun.
Kelima, mereka beberapa kali melakukan lomba lari. Dalam satu kesempatan, Aisyah berhasil mengalahkan Nabi Muhammad. Setelah Aisyah mengalami kenaikan berat badan, Nabi mengingat kekalahannya dan menyebutnya dengan panggilan Humaira.
Keenam, ia menjadi sebab turunnya ayat tentang tayamum. Suatu hari saat bepergian, kalung Aisyah jatuh dan membuat Nabi berhenti mencarinya. Karena tidak ada air untuk bersuci, para sahabat mengadu kepada Abu Bakar mengenai situasi tersebut. Setelah pencarian yang panjang, Allah menurunkan wahyu mengenai tayamum sebagai cara bersuci ketika tidak ada air.
Ketujuh, Sayyidah Aisyah meriwayatkan 2.210 hadits dari Nabi Muhammad. Ia dikenal karena kecerdasannya dan ingatannya yang kuat. Hadits yang dinilai sahih dari riwayatnya diakui oleh Bukhari dan Muslim. Ia menjadi otoritas dalam masalah keagamaan pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan.
Sayyidah Aisyah wafat pada malam Selasa, 17 Ramadhan tahun 58 H (atau 57 H menurut riwayat lain), dalam usia 63 tahun (atau 66 atau 70 tahun menurut riwayat lain). Abu Hurairah ditugasi untuk memimpin shalat jenazahnya sesuai dengan wasiatnya, dan ia dimakamkan di Baqi.