Kebanyakan tragedi yang memakan banyak korban jiwa dalam sejarah umat manusia berasal dari wabah, kelaparan, kemarau panjang, demam menggigil, dan bencana alam. Salah satu karya yang membahas wabah adalah buku yang ditulis oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani berjudul Badzlul Ma‘un fi Fadhlit Tha‘un. Dalam karyanya yang selesai pada Jumadil Akhir 833 H (sekira 1430 M), Al-Asqalani menguraikan definisi, hadits, pandangan teologi, sikap keagamaan dalam menghadapi wabah, serta aspek historis wabah.
Al-Asqalani mengutip berbagai sumber, seperti Al-Mada’ini, Ibnu Abid Duniya, dan Ibnu Qutaibah, untuk membahas wabah dan peristiwa alam yang menimbulkan banyak korban jiwa dalam sejarah umat Islam. Ia mencatat bahwa beberapa wabah terkenal merenggut banyak nyawa, di antaranya:
- Thaun Syirwaih yang terjadi di beberapa kota pada masa Rasulullah.
- Thaun Amawas, yang terjadi di Negeri Syam pada masa Khalifah Umar bin Khattab, 17 Hijriyah, dengan korban mencapai 25.000 jiwa, termasuk beberapa sahabat terkemuka.
- Thaun Al-Jarif pada 67 Hijriyah.
- Thaun Al-Fatayat pada 87 Hijriyah, yang banyak merenggut pemuda dan pemudi.
- Thaun di Mesir pada 63 Hijriyah.
- Thaun pada tahun wafat Raja Muda Mesir Abdul Aziz bin Marwan pada 85 Hijriyah. Ketika wabah melanda, Abdul Aziz mengungsi dan wafat di sebuah desa.
- Thaun Al-Asyraf saat Al-Hajjaj berada di Wasith.
- Thaun Adi bin Arthah pada 100 Hijriyah.
- Thaun di Syam pada 107 dan 115 Hijriyah.
- Thaun Ghurab pada 127 Hijriyah.
- Thaun Salamah bin Qutaibah di Kota Bashrah pada 131 Hijriyah. Wabah ini terjadi pada bulan Rajab dan memuncak saat Bulan Ramadhan, dengan jumlah korban per hari mencapai seribu jiwa.
Semua wabah ini terjadi pada masa dinasti Bani Umayyah. Beberapa ahli sejarah mencatat bahwa wabah di era Bani Umayyah tidak hanya menyebar di Syam tetapi meluas ke daerah lain. Para khalifah Bani Umayyah sering kali meninggalkan istana menuju padang terbuka saat wabah melanda. Khalifah Hisyam bin Abdul Malik bahkan membangun Gedung Rashafah sebagai tempat tinggalnya dan meninggal akibat wabah difteri.
Pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah, wabah mulai mereda. Salah satu penguasa Bani Abbasiyah pernah berpidato di Syam, memuji Allah yang mengangkat wabah setelah mereka diangkat sebagai khalifah. Namun, seorang warga Syam dengan berani menyangkal bahwa Allah lebih adil untuk mengangkat mereka di atas masyarakat yang terkena wabah.
Sejarah ini mencerminkan perjalanan umat Islam dalam menghadapi berbagai tantangan besar yang datang dalam bentuk wabah, menunjukkan ketahanan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan berat.