Nabi Muhammad adalah sosok yang dikenal penuh kasih sayang. Beliau tidak pernah marah, bahkan kepada orang-orang yang jahil. Dalam banyak kesempatan, Nabi Muhammad meluruskan perilaku mereka yang tidak sesuai dengan ajaran agama dengan cara mengingatkan, mengajari, dan mendidik mereka tanpa amarah atau caci maki.
Salah satu contoh yang dapat dijadikan teladan adalah ketika Muawiyah bin Hakam as-Sulami, seorang sahabat Nabi, mendengar seseorang bersin saat melaksanakan shalat berjamaah. Muawiyah kemudian melafalkan doa “Yarhamukallah.” Perbuatannya menarik perhatian jamaah lain yang melototi dan menepuk paha mereka, seolah memberi isyarat agar Muawiyah diam.
Setelah shalat, Nabi Muhammad menghampiri Muawiyah dan memberikan pengajaran dengan lembut. Beliau menjelaskan bahwa tidak ada percakapan manusia di dalam shalat karena shalat hanya untuk tasbih, takbir, dan bacaan Al-Qur’an. Melalui pendekatan ini, Nabi Muhammad menunjukkan dirinya sebagai pendidik yang terbaik, memberikan pengajaran dengan penuh kasih sayang tanpa cacian atau makian.
Dalam kesempatan lain, Nabi Muhammad juga menunjukkan sikap yang sama ketika menemukan dahak di masjid. Beliau bertanya kepada sahabat yang ada di situ mengenai siapa yang meludah, namun tidak ada yang tahu. Nabi kemudian membersihkan sisa-sisa dahak tersebut dengan dahan pohon kurma yang diolesi minyak wangi.
Beliau bersabda bahwa jika seseorang melakukan shalat, Allah berada di hadapannya. Oleh karena itu, tidak seharusnya meludah ke arah depan atau ke kanan. Sebaiknya diludahkan ke arah kiri, di bawah kaki kiri. Jika seseorang tidak mampu menguasai diri dan terpaksa meludah, hendaknya menggunakan bajunya.
Ada pula sebuah kejadian yang cukup parah ketika seorang badui datang ke masjid dan kencing di dalamnya. Para sahabat marah melihat tindakan badui tersebut dan ingin menghentikannya dengan kekerasan. Namun, Nabi Muhammad mencegah niat tersebut dan membiarkan badui itu menyelesaikan kencingnya. Setelah itu, Nabi mengambil bejana berisi air dan menyiramkan ke tempat tersebut.
Nabi kemudian memberikan pengajaran kepada badui itu dengan penuh kasih sayang. Beliau menjelaskan bahwa tidak pantas buang air di masjid karena tempat tersebut adalah untuk berdzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al-Qur’an.
Melalui tindakan-tindakan ini, Nabi Muhammad menunjukkan cara mendidik orang yang tidak tahu dengan penuh kasih sayang tanpa marah atau menyebutkan bahwa badui tersebut telah melakukan penistaan agama. Beliau lebih memilih untuk menuntun dan mengajari agar orang tersebut memahami mana yang benar dan mana yang salah.