- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Abdullah dan Aminah: Kisah Awal Kehidupan Nabi Muhammad

Google Search Widget

Abdul Muthalib, sebagai ayah dari Abdullah, meminang Sayyidah Aminah untuk anaknya. Proses pinangan ini berlangsung di rumah Wahab bin Abdu Manaf, orang tua Sayyidah Aminah, yang disambut dengan suka cita oleh keduanya. Pesta pernikahan diadakan tidak lama setelah itu selama tiga hari tiga malam, sesuai dengan tradisi masyarakat Makkah pada masa itu. Selama masa resepsi, Abdullah tinggal di rumah mertuanya dan baru pindah ke rumah yang telah disiapkan pada hari keempat. Abdullah berusia 24 tahun ketika menikahi Aminah.

Sayangnya, kebersamaan Abdullah dan Aminah hanya berlangsung singkat, sekitar 10 hingga 15 hari. Abdullah harus berangkat ke Gaza dan Syam untuk berdagang bersama kafilah Suku Quraisy. Kegiatan berdagang ke Syam merupakan tradisi tahunan bagi suku ini, di mana hasil perdagangan tidak hanya dinikmati oleh para pedagang, tetapi juga dibagikan kepada seluruh anggota suku. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa Suku Quraisy dipuji dalam Al-Qur’an Surat Qurasy.

Setelah lebih dari sebulan berdagang, kafilah Quraisy kembali ke Makkah, namun Abdullah tidak ada dalam rombongan tersebut. Ia jatuh sakit di tengah perjalanan dan harus dirawat di Madinah. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Abdullah singgah di rumah saudara ibunya setelah dari Gaza, tetapi saat hendak kembali ke Makkah, ia jatuh sakit di tempat pamannya.

Kafilah tetap melanjutkan perjalanan pulang dan memberitahu Abdul Muthalib tentang kondisi putranya yang sakit. Abdul Muthalib mengutus anaknya, Al-Harits, untuk menjemput Abdullah ketika ia sembuh. Namun, Al-Harits tiba di Madinah dengan kabar duka bahwa Abdullah telah wafat dan dimakamkan di sana. Kabar tersebut sangat menyayat hati Abdul Muthalib dan Aminah.

Abdullah meninggalkan istrinya, Aminah, yang sedang mengandung. Aminah baru menyadari bahwa haidnya terhenti sebulan setelah suaminya pergi berdagang. Dalam beberapa referensi, disebutkan bahwa saat meninggal, Abdullah meninggalkan harta berupa lima ekor unta, beberapa ekor kambing, dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman. Ummu Aiman kemudian menjadi sosok yang sangat berperan dalam kehidupan Nabi Muhammad.

Ummu Aiman, yang nama aslinya adalah Barakah binti Tsa’labah, berasal dari Habasyah (sekarang Ethiopia). Meskipun bukan berasal dari keluarga terpandang, Nabi Muhammad sangat menghormati Ummu Aiman karena dedikasinya. Beliau bahkan menganggapnya sebagai ibu keduanya setelah Aminah.

Sejak lahirnya Nabi Muhammad, Ummu Aiman menjadi pelayan utama dan terus bersama Nabi dalam berbagai fase kehidupannya—baik di rumah Abdul Muthalib, Abu Thalib, Khadijah, maupun selama di Madinah. Kehadiran Ummu Aiman sangat berarti bagi Nabi Muhammad, menciptakan ikatan yang kuat dalam perjalanan hidup beliau.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 25

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?