Nabi Muhammad Saw selalu menjaga ucapan yang keluar dari lisannya dalam segala situasi. Bahkan saat marah, beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang kasar atau merendahkan. Beliau selalu memastikan tidak ada orang yang merasa tersakiti oleh perkataannya. Namun, Nabi Muhammad tidak ragu untuk memberikan teguran jika ada sahabat yang berperilaku tidak benar sesuai dengan ajaran Islam.
Salah satu sahabat yang pernah ditegur adalah Ibnu al-Lutbiyyah. Nabi Muhammad mengangkatnya sebagai pejabat untuk mengumpulkan zakat di Banu Sulaim. Setelah menyelesaikan tugas, Ibnu al-Lutbiyyah melaporkan hasil zakat dan memberikan bagian untuk Nabi Muhammad serta untuk dirinya sendiri.
“Wahai Rasulullah, yang ini untukmu, sedangkan yang ini dihadiahkan kepadaku,” kata Ibnu al-Lutbiyyah. Mendengar hal itu, Nabi Muhammad langsung menegur Ibnu al-Lutbiyyah. Beliau marah karena sebagai pejabat, Ibnu al-Lutbiyyah seharusnya tidak menerima hadiah tersebut.
“Kenapa engkau tidak memilih untuk tinggal di rumah orang tuamu dan menunggu apakah engkau akan diberi hadiah atau tidak?” tanya Nabi Muhammad. Pada malam harinya, setelah shalat, Nabi Muhammad menyampaikan pidato di hadapan para sahabat mengenai perilaku Ibnu al-Lutbiyyah. Namun, beliau tidak menyebutkan nama sahabatnya secara langsung, hanya menjelaskan perilakunya.
Dalam pidatonya, Nabi mengingatkan agar para pejabat tidak menerima hadiah saat menjalankan tugas. Ia juga menjelaskan balasan yang akan diterima oleh pejabat yang menerima hadiah di akhirat kelak.
“Mengapakah ada pejabat yang kami tugaskan kemudian dia datang dan berkata, ‘Ini hasil kerja kalian, sedangkan yang ini hadiah untukku.’ Mengapa ia tidak tetap tinggal di rumah ayah dan ibunya saja lalu menunggu apakah ia diberi hadiah atau tidak?” ujar Nabi.
“Demi Dia yang jiwaku ada di tangan-Nya, jika ada salah seorang dari kalian berkhianat dalam sesuatu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa sesuatu tersebut di pundaknya. Jika berupa unta, ia membawanya sambil meringkik. Jika berupa sapi, ia membawanya dengan menguak. Jika berupa domba, ia membawanya dengan mengembik. Sungguh aku telah menyampaikan,” tegas Nabi Muhammad.
Di kesempatan lain, Nabi Muhammad juga mengingatkan pejabat agar memudahkan umat yang dipimpinnya, bukan malah memberatkannya. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi berdoa agar Allah menyengsarakan pejabat yang menyusahkan urusan umat dan memudahkan pejabat yang memfasilitasi urusan umat.
“Siapa yang diamanahi mengurusi umatku lalu menyusahkan mereka, maka baginya Bahlatullahi. Para sahabat bertanya, apakah itu Bahlatullahi? Rasulullah menjawab, ‘Laknat Allah’,” kata Nabi Muhammad dalam hadits riwayat Abu Awanah.
Sikap tegas Nabi Muhammad terhadap pejabat yang tidak benar menunjukkan bahwa jabatan adalah sebuah amanah. Jika seorang pejabat tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik, maka hal itu akan menyusahkannya di hari kiamat kelak.