Nabi Muhammad menggunakan berbagai cara dan strategi dalam berdakwah. Selain dakwah langsung melalui ceramah, pidato, atau khutbah, beliau juga mengirim surat kepada beberapa raja, kepala suku, dan tokoh di semenanjung Arab. Tujuannya adalah mengajak mereka meninggalkan agama lama dan memeluk Islam. Respons para penguasa ini beragam; ada yang menerima ajakan Nabi, namun tidak sedikit pula yang menolak, bahkan membunuh utusan yang mengantarkan surat.
Salah satu penguasa yang menerima surat Nabi adalah Raja Heraclius dari Romawi Timur. Dihyah al-Kalbi ditugaskan untuk menyampaikan surat tersebut melalui Gubernur Bashra. Setelah membaca surat itu, Heraclius mengumpulkan pembesar kerajaan. Meskipun awalnya ia mengakui kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad, tekanan dari para pembesar dan rakyatnya membuatnya tetap mempertahankan agama Kristen. Dalam sebuah percakapan dengan Abu Sufyan bin Harb, Heraclius mengungkapkan kerinduannya untuk bertemu Nabi Muhammad jika ia mengetahui akan hadirnya seorang nabi dari bangsa Arab Makkah.
Raja Negus dari Abessinia menjadi contoh lain. Amr bin Umayyah ad-Dhamiri mengantarkan surat Nabi kepada Raja Negus, yang menyambutnya dengan baik. Negus diketahui telah mengetahui akan datangnya nabi setelah Nabi Isa. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Raja Negus memeluk Islam setelah pertemuan tersebut; namun, ada juga yang menyatakan bahwa ia hanya membantu umat Islam dengan menyediakan kapal untuk hijrah.
Al-Muqauqis, penguasa Koptik Agung Mesir, juga memberikan respons positif saat Hathib bin Abi Balta’ah menyampaikan surat Nabi. Ia mengajukan beberapa pertanyaan mengenai Nabi, termasuk alasan Nabi tidak mendoakan kebinasaan kaumnya. Setelah puas dengan jawaban Hathib, al-Muqauqis membalas surat dengan penuh hormat dan memberikan hadiah, termasuk dua gadis Koptik, salah satunya Maria al-Qibtiyah, yang kemudian dinikahi Nabi Muhammad. Al-Muqauqis sebenarnya sudah mengetahui akan adanya nabi baru yang diutus Allah.
Di Bahrain, Munzir bin Sawi menerima surat dari al-Ala bin al-Hadhrami dengan baik. Ia menyatakan kesediaannya untuk memeluk Islam, tetapi Nabi Muhammad memperingatkan agar tidak memaksa orang lain untuk masuk Islam. Mereka yang beragama Yahudi atau Majusi tetap diperbolehkan tinggal di Bahrain dengan syarat membayar jizyah.
Sebaliknya, Raja Kisra dari Persia memberikan respons yang sangat keras. Ia langsung menyobek surat yang dibawa Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi tanpa membaca isinya. Menanggapi tindakan ini, Nabi Muhammad berdoa agar Allah menghancurkan kerajaan Kisra. Selain itu, Nabi juga menyurati gubernur Yaman, Badzan, dan meminta agar mengirimkan dua orang terkuatnya untuk bertemu dengan beliau. Setelah keduanya tiba di Madinah dan menyerahkan surat Badzan, Nabi tersenyum setelah mengetahui isi surat tersebut dan memberi tahu mereka bahwa Tuhan telah membunuh Kisra.
Nabi Muhammad juga mengirimkan surat-surat kepada penguasa lain di sekitar semenanjung Arab. Salah satunya adalah Gubernur Bashra, Syurahbil bin Amr al-Ghassani. Sayangnya, utusan Nabi, Harits bin Umair al-Azadi, dibunuh sebelum mencapai tempat tujuan. Ini menjadikannya satu-satunya utusan Nabi yang dibunuh dalam misi dakwah ini.