- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Pandangan Nabi Muhammad terhadap Para Nabi Lainnya

Google Search Widget

Nabi Muhammad SAW mengibaratkan posisinya di antara para nabi sebelumnya seperti seorang laki-laki yang membangun sebuah rumah yang indah, tetapi masih ada satu tempat ubin di sudut yang belum terisi. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, beliau menjelaskan, “Aku adalah ubin itu, dan aku adalah penutup para nabi.” Dengan perumpamaan ini, Nabi Muhammad menunjukkan kerendahan hatinya, tidak menganggap dirinya sebagai bagian penting lainnya dari bangunan, tetapi justru sebagai ubin kecil yang melengkapi.

Nabi Muhammad tidak membawa ajaran baru, melainkan menyempurnakan ajaran tauhid yang telah disampaikan oleh para nabi dan rasul terdahulu. Dengan demikian, ajaran-ajaran para nabi sebelumnya saling terkait dan berkesinambungan dengan ajaran yang dibawa beliau.

Ada beberapa pandangan Nabi Muhammad terhadap para nabi dan rasul sebelumnya. Pertama, beliau tidak membeda-bedakan di antara mereka. Nabi Muhammad tidak pernah membandingkan dirinya dengan nabi-nabi sebelumnya dan mengingatkan umatnya untuk tidak melakukan hal yang sama. Dalam sebuah kisah, ketika seorang Anshar berselisih dengan seorang Yahudi yang mengagungkan Nabi Musa, Nabi Muhammad membela si Yahudi dan menegaskan agar tidak membandingkan diri dengan nabi lainnya, karena tugas mereka serupa: menyeru umat manusia untuk mengesakan Allah.

Kedua, Nabi Muhammad menyatakan bahwa para nabi adalah saudara seayah meski ibu mereka berbeda-beda. Dalam haditsnya, beliau menegaskan bahwa semua nabi berasal dari jalur Nabi Ibrahim hingga Nabi Adam AS. Meskipun berasal dari keluarga yang berbeda, mereka membawa ajaran yang sama, yaitu tauhid.

Ketiga, Nabi Muhammad mengajarkan umatnya untuk menghormati dan mencintai para nabi sebelumnya. Beliau bahkan mengatakan bahwa umat Islam berhak atas para nabi seperti Nabi Musa dan Nabi Isa lebih dari umat asli mereka. Ketika melihat umat Yahudi berpuasa Asyura sebagai ungkapan syukur atas penyelamatan Nabi Musa, Nabi Muhammad pun mendorong umat Islam untuk mengikuti jejak tersebut dengan berpuasa pada hari yang sama, namun dengan tambahan puasa pada tanggal 9 dan 11 Muharram agar tidak meniru sepenuhnya syariat mereka.

Pandangan-pandangan ini menunjukkan betapa pentingnya menghormati dan tidak membandingkan antara satu nabi dengan lainnya. Sebagai umat Nabi Muhammad, sudah sepatutnya kita mengikuti ajarannya dengan menghormati dan memuliakan semua nabi tanpa membedakan.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 10

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?