Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majah dan Ahmad, “Barangsiapa yang ingin membaca Al-Qur’an yang baik seperti pertama kali turun, maka bacalah seperti bacaan Abdullah bin Mas’ud.” Abdullah bin Mas’ud adalah salah satu sahabat yang termasuk ke dalam golongan assabiqunal awwalun, yaitu sahabat-sahabat yang pertama kali menerima Islam. Setelah masuk Islam, ia mengajukan diri untuk menjadi pelayan Nabi Muhammad, dan permohonannya pun dikabulkan.
Sejak saat itu, interaksi Abdullah bin Mas’ud dengan Nabi sangat intens. Ia selalu mendampingi Nabi ke mana pun beliau pergi, menyediakan segala kebutuhan Nabi, mulai dari air mandi hingga membawakan sandal dan siwak. Bahkan, Abdullah sering kali masuk ke kamar Nabi untuk membantu mengurus tempat tidurnya.
Karena kedekatannya dengan Nabi, Abdullah bin Mas’ud menjadi salah satu dari sedikit sahabat yang langsung mengumpulkan dan mempelajari Al-Qur’an dari mulut Nabi Muhammad. Ia memiliki kecerdasan dan ingatan yang kuat sehingga mengetahui dengan baik kapan, di mana, dan kepada siapa (asbabun nuzul) sebuah ayat diturunkan. Oleh karena itu, tidak heran jika Nabi Muhammad mendorong umat untuk belajar Al-Qur’an dari Abdullah bin Mas’ud. “Ambillah Al-Qur’an itu dari empat orang: Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal, dan Ubay bin Ka’ab,” ungkap Nabi Muhammad.
Nabi sering meminta Abdullah bin Mas’ud untuk membacakan Al-Qur’an untuknya. Selain untuk mengecek bacaan sahabatnya itu, Nabi juga menyukai suara merdu Abdullah bin Mas’ud. Namun, di balik semua itu, Abdullah bin Mas’ud dikenal sebagai sosok yang pemberani. Ia tercatat sebagai orang pertama yang membacakan Al-Qur’an secara terang-terangan di hadapan kaum musyrik Quraisy setelah Nabi Muhammad.
Dalam Sirah Nabawiyah (Ibnu Hisyam, 2018), diceritakan bahwa suatu ketika para sahabat berkumpul untuk mendiskusikan siapa yang berani membacakan Al-Qur’an di hadapan kaum musyrik Quraisy, yang pada waktu itu belum pernah mendengar Al-Qur’an secara langsung. Dengan penuh keberanian, Abdullah bin Mas’ud menawarkan diri untuk menjadi pembaca Al-Qur’an. Para sahabat awalnya tidak setuju karena khawatir ia akan dicelakai. Mereka lebih memilih sahabat yang keluarganya bisa melindungi jika kaum musyrik berbuat jahat.
Namun, Abdullah bin Mas’ud tetap bersikeras. Ia meyakinkan para sahabat bahwa Allah akan melindunginya. Akhirnya, para sahabat sepakat dengan keputusan Abdullah bin Mas’ud.
Keesokan harinya, Abdullah bin Mas’ud pergi ke Maqam Ibrahim pada waktu dhuha ketika orang-orang musyrik Quraisy sedang duduk di sekitar Ka’bah. Di hadapan mereka, ia membacakan Surat Ar-Rahman dengan suara lantang dan merdu. Beberapa orang terpesona oleh bacaan tersebut. Namun, setelah menyadari isi bacaan Abdullah bin Mas’ud, mereka mulai mendekatinya dan memukulinya.
Setelah insiden itu, Abdullah bin Mas’ud kembali kepada para sahabat dalam keadaan babak belur dan berdarah. Apa yang dikhawatirkan para sahabat akhirnya terjadi. Namun, ia tidak gentar sedikit pun. Abdullah bahkan menawarkan diri untuk membacakan Al-Qur’an secara terbuka di hadapan kaum musyrik keesokan harinya. “Jika kalian mau, besok pagi aku akan melakukan hal yang sama,” ujarnya.
Para sahabat segera mencegahnya dengan berkata, “Tidak. Engkau sudah cukup. Engkau telah memperdengarkan kepada mereka sesuatu yang tidak mereka sukai.”
Selama hidupnya, Abdullah bin Mas’ud juga banyak meriwayatkan hadits, mencapai sekitar 840 hadits dari Nabi Muhammad. Ali bin Abi Thalib memujinya sebagai sahabat yang ahli dalam ilmu pengetahuan. Ia sangat menguasai Al-Qur’an beserta seluk-beluknya dan meriwayatkan banyak hadits. Abdullah bin Mas’ud meninggal dunia pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, tahun ke-32 Hijriyah, dalam usia 65 tahun.