Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Nabi Muhammad bersabda, “Demi Dzat yang diriku yang ada pada tangan-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada orang yang jika ia bersumpah, ia pasti melakukannya. Di antara mereka adalah Amr al-Jamuh. Dan sungguh aku telah melihatnya menginjakkan kakinya yang pincang di surga.” Ini menunjukkan betapa besar perhatian dan penghormatan Nabi Muhammad kepada sahabat-sahabatnya, termasuk mereka yang memiliki disabilitas.
Nabi Muhammad menjadi teladan bagi umat Muslim dalam memperlakukan orang dengan kebutuhan khusus. Beliau menunjukkan sikap penuh kasih dan hormat, tanpa membedakan mereka dari sahabat-sahabat lainnya yang tidak mengalami keterbatasan fisik. Salah satu contoh nyata adalah interaksi beliau dengan Amr bin al-Jamuh, seorang sahabat yang memiliki kaki pincang.
Menjelang Perang Uhud, Amr bin al-Jamuh menyatakan keinginannya untuk ikut berperang melawan kaum musyrik Makkah. Namun, keempat anaknya melarang karena kondisi fisiknya. Amr merasa tidak terima dan mendatangi Nabi Muhammad untuk mengadukan hal ini. Ia menjelaskan bahwa keinginan untuk berperang adalah agar kakinya yang pincang dapat menginjak surga.
Nabi Muhammad merespons dengan bijaksana. Beliau memberitahukan kepada Amr bahwa Allah telah memaafkannya, sehingga ia tidak wajib ikut berperang. Namun, kepada anak-anak Amr, Nabi meminta agar mereka tidak menghalangi bapaknya. “Hendaklah kalian jangan menghalanginya, semoga Allah menganugerahinya mati syahid,” ujar Nabi kepada mereka.
Akhirnya, Amr bin al-Jamuh bergabung dalam pertempuran dan gugur dalam Perang Uhud. Setelah peristiwa tersebut, Nabi Muhammad bersabda bahwa beliau melihat Amr menginjakkan kakinya yang pincang di surga.
Selain memperhatikan sahabat-sahabatnya dengan disabilitas, Nabi Muhammad juga menunjukkan perhatian besar kepada mereka yang sedang sakit. Suatu ketika, beliau menjenguk Sa’ad bin Ubadah yang sedang terbaring sakit. Ketika Nabi tiba di rumah Sa’ad dan melihat banyak orang berkumpul, beliau bertanya apakah Sa’ad sudah meninggal. Mendengar jawaban bahwa Sa’ad belum meninggal, Nabi Muhammad menangis, dan para sahabat yang ada di sana pun ikut merasakan kesedihan beliau.
Nabi Muhammad selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada sahabat-sahabatnya yang sakit. Beliau mengingatkan bahwa sakit yang dialami seorang Muslim merupakan penghapus dosa, seperti sabdanya kepada Ummu al-‘Ala yang tengah sakit: “Bergembiralah wahai Ummu al-‘Ala, karena sakitnya seorang Muslim, Allah jadikan penghapus kesalahan-kesalahannya sebagaimana api menghilangkan kotoran pada emas dan perak.”
Sikap penuh kasih dan perhatian Nabi Muhammad terhadap sahabat-sahabatnya, baik yang memiliki disabilitas maupun yang sedang sakit, menjadi contoh bagi kita semua untuk selalu menghargai dan peduli kepada sesama.