Nabi Muhammad melaksanakan ibadah haji pada tahun ke-10 Hijriyah bersama ratusan ribu sahabatnya. Haji ini dikenal dengan sebutan haji wada’, karena pada kesempatan ini Nabi Muhammad ‘berpamitan’ dengan para sahabatnya. Ini menjadi haji pertama dan terakhir yang dilakukan Nabi sepanjang hidupnya, karena pada musim haji berikutnya, beliau telah tiada. Berikut adalah beberapa fakta menarik yang terjadi selama pelaksanaan haji wada’:
- Niat Haji: Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai niat haji Nabi Muhammad. Beberapa berpendapat beliau berniat haji ifrad (haji saja), ada yang mengatakan haji tamattu’ (umrah dahulu, kemudian haji), dan sebagian lainnya menyebut niat haji qiran (haji dan umrah sekaligus).
- Tidak Shalat Tahiyyatul Masjid: Nabi Muhammad tiba di Makkah pada Ahad pagi, 4 Dzul Hijjah, dengan mengendarai unta, al-Qashwa. Setibanya di Masjidil Haram, beliau langsung melaksanakan tawaf tanpa menunaikan shalat tahiyyatul masjid.
- Tawaf dengan Menunggang Unta: Saat melaksanakan tawaf, Nabi Muhammad melakukan tawaf dengan mengendarai unta, al-Qashwa. Ini sesuai dengan riwayat dari Ibnu Abbas, Abu Thufail, dan Amir bin Watsilah.
- Tidak Mencium Hajar Aswad: Dalam tawaf, Nabi Muhammad memegang tongkat dan mengayunkan tongkatnya ke arah Hajar Aswad sebagai isyarat penghormatan, tanpa turun dari untanya.
- Menyampaikan Khutbah: Di Arafah, Nabi Muhammad menyampaikan khutbah di hadapan ratusan ribu sahabatnya, membahas prinsip-prinsip dasar ajaran Islam dan hak asasi manusia serta pembatalan praktik riba.
- Turunnya Al-Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 3: Saat wuquf di Arafah, Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah yang menyatakan bahwa agama Islam telah disempurnakan untuk umat manusia.
- Mempercepat Langkah di Wadi Al-Muhassar: Saat tiba di Wadi Al-Muhassar, lokasi yang menjadi saksi bisu kehancuran pasukan Abrahah, Nabi Muhammad mempercepat langkah untanya.
- Menyembelih 63 Ekor Unta: Beliau menyembelih 63 ekor unta dengan tangannya sendiri setelah melontar jumrah. Jumlah ini sesuai dengan usia Nabi Muhammad saat itu.
- Bermalam di Mina Selama Tiga Malam: Meskipun Al-Qur’an mengizinkan jamaah haji bermalam di Mina hanya dua malam, Nabi Muhammad memilih untuk tinggal selama tiga malam.
- Memberikan Kemudahan kepada Para Sahabat: Banyak sahabat yang bertanya tentang persoalan haji setelah kembali dari Mina, dan Nabi Muhammad menjawab hampir semua pertanyaan tersebut dengan ‘tidak mengapa’ (la haraja), memberikan kemudahan dalam pelaksanaan ibadah haji.
Pelaksanaan haji wada’ oleh Nabi Muhammad menjadi contoh penting dalam menjalankan ibadah haji dengan penuh kesadaran dan pemahaman.