- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Tangisan Nabi Muhammad dan Sebab-Sebabnya

Google Search Widget

Seperti halnya manusia biasa, Nabi Muhammad juga mengalami kesedihan yang mendalam, yang terkadang membuatnya menangis. Tangisan beliau bukanlah hal yang jarang terjadi, melainkan sering kali muncul dalam berbagai situasi emosional. Beberapa momen yang menyebabkan Nabi Muhammad menangis bahkan hingga tersedu-sedu patut dicermati.

Salah satu penyebab utama tangisan Nabi Muhammad adalah kehilangan orang-orang terkasih. Ketika anak-anaknya wafat, seperti Abdullah, beliau tidak dapat menahan air matanya. Dikisahkan, saat Abdullah meninggal, air mata Nabi mengalir deras hingga membasahi janggutnya. Meskipun merasakan kesedihan yang mendalam, beliau tetap menyadari bahwa semua itu adalah kehendak Allah. Dalam sebuah pernyataan, Nabi Muhammad menjelaskan, “Air mata mengalir, bercucuran tidak menetap di mata. Hatipun bersedih. Namun, kami tidak pernah durhaka kepada Allah.”

Hal serupa terjadi ketika anak Nabi yang lain, Ibrahim, wafat. Tangisan beliau pecah saat meratapi kehilangan Ibrahim. Ketika sahabat Abdurrahman bin Auf bertanya mengapa Nabi menangis padahal beliau melarang ratapan berlebihan, Nabi menjawab bahwa tangisannya adalah ungkapan kasih sayang, bukan ratapan histeris.

Nabi Muhammad juga menangis ketika mendengar kabar kematian sahabat-sahabatnya dalam peperangan. Misalnya, saat pamannya Hamzah meninggal di perang Uhud, tangisan Nabi tidak dapat dibendung. Kenangan pahit ini terus berlanjut ketika sahabat lainnya seperti Ja’far dan Zaid bin Haritsah juga wafat dalam peperangan, yang kembali membuat beliau meneteskan air mata.

Selain kehilangan orang-orang terkasih, membaca atau mendengar ayat-ayat tertentu dari Al-Qur’an juga dapat membuat Nabi Muhammad menangis. Suatu ketika, beliau meminta Abdullah bin Mas’ud untuk membaca Surat an-Nisa’. Ketika sampai pada ayat 41, Nabi Muhammad meminta Abdullah berhenti karena air mata sudah mengalir di pipinya. Tangisan ini menunjukkan betapa lembutnya hati beliau terhadap nasib umatnya di akhirat.

Kerinduan terhadap kampung halaman juga menjadi salah satu alasan mengapa Nabi Muhammad menangis. Ketika Aban bin Said datang dari Makkah dan menceritakan keadaan kota tersebut, Nabi Muhammad tak kuasa menahan air matanya.

Dalam situasi lain, setelah Perang Hunain, Nabi Muhammad membagikan harta rampasan perang kepada kaum Muhajirin dan mualaf, yang membuat kaum Anshar merasa marah dan tersisih. Setelah menceramahi mereka dan menjelaskan alasannya, baik kaum Anshar maupun Nabi Muhammad sama-sama menangis tersedu-sedu.

Melalui berbagai momen emosional ini, terlihat betapa dalamnya kasih sayang dan kepedulian Nabi Muhammad kepada orang-orang di sekelilingnya.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

June 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?