- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kesaksian Raja Oman tentang Nabi Muhammad

Google Search Widget

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak,” ungkap Nabi Muhammad. Seorang sahabat menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw adalah manusia terbaik, baik dari segi lahiriah (khalq) maupun batiniyah (khuluq). Dari segi fisik, perawakan Nabi Muhammad sangat sempurna; wajahnya bercahaya, tubuh tinggi sedang, kulit terang, hidung mancung, gigi putih tersusun rapi, mata hitam, dan mulut sedang. Selain itu, akhlak Nabi Muhammad juga sangat luhur dan agung. Dalam sebuah kesempatan, Nabi Muhammad menegaskan bahwa dirinya diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Ungkapan ini menunjukkan bahwa ia tidak hadir untuk mengoreksi atau menghakimi akhlak umat manusia sebelumnya.

Sayyidah Aisyah pernah mengatakan bahwa akhlak Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an. Hal ini disebabkan karena sumber utama akhlak Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an. Perbuatan dan perkataan beliau mencerminkan isi Al-Qur’an. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika disebut bahwa Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an yang berjalan di atas bumi ini. Menariknya, sifat akhlak Nabi Muhammad sangat serasi dan integral. Satu sisi dari akhlaknya tidak mengalahkan sisi lainnya. Misalnya, kesabaran beliau tidak mengalahkan keberaniannya, kejujuran beliau sepadan dengan kesantunannya, dan amanah beliau setara dengan kedermawanannya.

Banyak orang terpesona dengan akhlak Nabi Muhammad, bahkan banyak yang memeluk Islam setelah mengetahui akhlak beliau. Salah satu yang kagum terhadap sosoknya adalah al-Julandi, Raja Oman yang sezaman dengan Nabi. Dalam buku “Rasulullah Teladan Untuk Semesta Alam” (Raghib as-Sirjani, 2011), al-Julandi menyatakan bahwa Nabi Muhammad bukan hanya memerintahkan sesuatu, tetapi juga melakukannya. Beliau pun melarang sesuatu kecuali terlebih dahulu menjauhinya.

“Demi Allah. Nabi yang ummi (buta huruf) ini tidak akan memerintahkan sesuatu kecuali ia adalah yang pertama melakukannya. Dan tidaklah ia melarang sesuatu kecuali ia yang pertama kali meninggalkannya,” kata al-Julandi. Ia menambahkan, “Sesungguhnya jika ia menang, ia tidak merendahkan, dan jika ia kalah, ia tidak gelisah. Ia penuhi semua perjanjian dan lakukan semua yang dijanjikan. Saya mengakui bahwa ia adalah seorang nabi.”

Ketika kedudukan umat Islam di Madinah semakin kuat, Nabi Muhammad mengirimkan surat kepada para raja di sekitar jazirah Arab, termasuk Raja Romawi Timur Heraklius dan Raja Persia Kisra, serta Raja Oman saat itu, al-Julandi. Amru bin al-Ash diutus untuk menyampaikan surat kepada al-Julandi. Melalui surat tersebut, Nabi Muhammad mengajak mereka untuk memeluk Islam. Beberapa raja menolak ajakan beliau, namun al-Julandi tidak ragu mengakui Muhammad sebagai seorang nabi dan memberikan pujian atas akhlaknya yang mulia.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 10

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?