Musailamah bin Habib dari Bani Hanifah dikenal dengan julukan al-kadzab, yang berarti si pembohong. Dia mengaku sebagai nabi dan rasul Allah pada masa Nabi Muhammad. Dengan kemampuan berbicara yang baik dan daya tarik yang kuat, Musailamah berhasil mendapatkan pengaruh besar di kalangan kaumnya, sehingga banyak yang mengikutinya setelah ia mendeklarasikan diri sebagai utusan Allah. Untuk memperkuat klaimnya, Musailamah menyatakan bahwa ia menerima wahyu dari Allah dan menyusun beberapa karya sastra yang dimaksudkan untuk bersaing dengan Al-Qur’an. Namun, karya-karyanya dianggap sangat rendah kualitasnya, sehingga malah menjadi bahan ejekan masyarakat Arab pada waktu itu. Salah satu karyanya berbunyi, “Hai katak (kodok) anak dari dua katak, berkuaklah sesukamu, bahagian atas engkau di air dan bahagian bawah engkau di tanah.”
Meskipun karya-karyanya tidak diterima dengan baik, masih ada banyak orang yang percaya bahwa Musailamah adalah nabi dan rasul Allah. Ribuan, bahkan puluhan ribu orang, mengikuti ajarannya. Musailamah terus menyebarkan pahamnya selama Nabi Muhammad masih hidup dan lebih aktif lagi setelah wafatnya Nabi. Untuk mengukuhkan posisinya, ia mengirimkan surat kepada Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa dirinya juga seorang nabi dan berhak menguasai separuh negeri Arab.
Dalam suratnya, Musailamah menuliskan: “Dari Musailamah Rasulullah untuk Muhammad Rasulullah. Salam sejahtera, aku telah ditetapkan untuk menjalankan tugas dan kekuasaan bersama kamu. Aku berkuasa atas separuh negeri dan separuh untuk Quraisy, tetapi Quraisy adalah umat yang kasar dan kejam.” Dua utusannya pun dipilih untuk menyampaikan surat tersebut.
Setelah menerima surat tersebut, Nabi Muhammad mengirimkan balasan yang terkenal dalam sejarah. Dalam surat tersebut, beliau menyebut Musailamah sebagai sang pendusta dan menegaskan bahwa keselamatan hanya diberikan kepada mereka yang mengikuti petunjuk Allah. Beliau juga menekankan bahwa bumi adalah milik Allah yang diwariskan kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.
Peristiwa ini diperkirakan terjadi pada akhir tahun ke-10 Hijriyah. Setelah menerima balasan dari Nabi Muhammad, Musailamah melanjutkan dakwahnya dengan lebih giat, bahkan setelah Nabi Muhammad wafat. Hal ini berdampak pada stabilitas pemerintahan umat Islam di bawah Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq. Namun, pada akhirnya Musailamah dan pengikutnya berhasil ditumpas oleh umat Islam dalam perang Yamamah setelah membuat banyak keonaran.