Nabi Muhammad SAW tidak pernah memaksakan Islam dalam dakwahnya. Ia menghadirkan kebenaran Islam melalui akhlak mulianya, sehingga Islam diterima oleh banyak orang. Akhlaqul karimah yang dianugerahkan Allah SWT kepada Nabi sekaligus menjadi komitmen dakwahnya. Sejak muda, Nabi sudah dikenal dengan akhlak mulia, terbukti dari gelar al-amin yang diberikan masyarakat Arab sebelum beliau menerima wahyu.
Salah satu contoh dakwah Nabi Muhammad adalah melalui surat-surat yang ditujukan kepada para penguasa. Pada masa itu, mengirimkan utusan resmi untuk menyampaikan pesan adalah tindakan yang sangat dihormati. Meskipun perjalanan yang harus dilalui sangat panjang dan melelahkan, seruan Nabi melalui surat mendapat respons positif dari kerajaan-kerajaan yang dituju. Banyak raja dan tokoh penting memeluk Islam setelah mendengar tentang sosok Muhammad yang terpercaya, jujur, dan menyampaikan kebenaran.
Dalam Khutbah-khutbah Imam Besar (2018), Guru Besar bidang Tafsir KH Nasaruddin Umar menjelaskan salah satu surat Nabi kepada Muqawqis, Raja Qibthi di Mesir, sekitar akhir tahun 6 H atau awal tahun 7 H. Dalam surat tersebut, Nabi mengajak Muqawqis untuk masuk Islam dan menjanjikan keselamatan serta pahala bagi yang mengikuti ajakannya. Surat serupa juga disampaikan kepada Kaisar Heraclius, Raja Najasyi, serta raja-raja besar lainnya.
Dakwah Nabi Muhammad melalui surat memberikan teladan tentang bagaimana kebenaran harus disampaikan dengan cara yang baik dan penuh kearifan. Ini menunjukkan pentingnya integritas dalam berdakwah, di mana perkataan dan perbuatan harus sejalan. Nabi Muhammad menunjukkan keberanian dalam menyampaikan pesan-pesan Allah tetapi tetap ramah dan menghormati.
Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan dalam Secercah Tinta (2012) mengungkapkan beberapa kunci keberhasilan dakwah Nabi Muhammad berdasarkan ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Rasulullah sangat peduli pada umatnya dan menginginkan keselamatan bagi mereka. Dalam QS At-Taubah: 128, Allah SWT menggambarkan kedudukan Nabi Muhammad sebagai utusan yang berasal dari manusia dan memiliki rasa kasih sayang yang dalam terhadap kaum beriman.
Sifat-sifat tersebut menjadi dasar keberhasilan dakwah Nabi Muhammad. Akhlak mulia, cinta, dan kasih sayang adalah kunci utama dalam menyampaikan pesan dakwah. Keberhasilan seorang dai atau mubaligh tergantung pada seberapa besar rasa peduli terhadap umat lainnya. Hal ini menciptakan harapan bahwa dakwah dapat dilakukan tanpa paksaan, dengan selalu mengedepankan sifat kasih sayang kepada sesama.