Nabi Muhammad saw. memiliki beberapa saudara sepersusuan dari Halimah as-Sa’diyah, salah satunya adalah Syaima. Sebagai anak tertua Halimah, Syaima bertugas menjaga dan memperhatikan Muhammad kecil. Mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk bermain, layaknya anak-anak pada masa itu. Terkadang, Muhammad kecil menarik dan mendorongnya, dan Syaima pun membalasnya. Mereka bermain dengan riang gembira hingga suatu ketika Nabi Muhammad menggigit punggung Syaima karena saudara sepersusuannya itu menginjak kakinya. Syaima yang kesakitan mengadu kepada ibundanya, Halimah. Halimah menanggapi dengan tawa setelah mendengar aduan Syaima.
Nabi Muhammad tinggal bersama Halimah di kampung Bani Sa’ad hingga usianya lima tahun, di mana banyak pengalaman dan kenangan manis yang dilalui bersama Halimah dan anak-anaknya, termasuk Syaima. Nabi Muhammad selalu mengingat perlakuan baik Halimah dan keluarganya serta membalas mereka dengan kebaikan serupa. Suatu ketika, Halimah datang ke pernikahan Nabi Muhammad dan Sayyidah Khadijah. Mereka saling bercengkerama dan bertanya tentang kabar masing-masing. Dalam perbincangan tersebut, Halimah mengungkapkan bahwa keluarganya sedang mengalami kelaparan akibat paceklik. Mendengar hal itu, Nabi Muhammad memberikan hadiah 10 ekor kambing dan beberapa ekor unta. Halimah pulang dengan membawa hadiah dari Nabi Muhammad dan Sayyidah Khadijah, serta menunggangi unta yang juga merupakan hadiah dari anak asuhnya.
Pada saat perang Hunain, Nabi Muhammad kembali bertemu dengan Syaima. Dia adalah salah satu wanita dari kabilah Bujad yang ditangkap pasukan Muslim karena tindakannya yang menakutkan umat Islam. Saat ditangkap, Syaima mengeluh karena diperlakukan kasar oleh prajurit Muslim dan mengklaim bahwa dirinya adalah saudara sepersuan Nabi Muhammad. Namun, para prajurit tidak percaya dan menganggap pernyataannya hanya siasat agar diperlakukan lebih baik.
Ketika rombongan ditampilkan di hadapan Nabi Muhammad, Syaima sekali lagi menyatakan bahwa dirinya adalah saudara sepersusuannya, anak Halimah. Nabi Muhammad tidak langsung percaya dan meminta bukti karena sudah lebih dari 50 tahun mereka terpisah. Syaima berusaha menggugah ingatannya dengan mengingat momen masa kecil mereka saat bermain bersama di dekat tenda keluarga Bani Sa’ad. Saat Syaima menyebutkan kenangan tersebut, Nabi Muhammad langsung teringat padanya.
Beliau kemudian melepaskan Syaima dan memperlakukannya dengan penuh hormat. Nabi Muhammad bahkan menawarkan Syaima untuk tinggal bersamanya, tetapi Syaima memilih untuk pulang dan tinggal bersama keluarganya di kampung Bani Sa’ad. Sebelum melepas Syaima, Nabi Muhammad memberikan hadiah empat orang budak sebagai tanda penghargaan.
Kisah ini menggambarkan hubungan yang erat antara Nabi Muhammad dan saudara sepersusuan beliau, serta bagaimana kenangan masa lalu dapat menyentuh hati dan mengingatkan kita akan pentingnya kasih sayang dan kebaikan dalam menjalin hubungan antar sesama.