Rasulullah Muhammad SAW memulai dakwah Islam secara sembunyi-sembunyi kepada keluarganya. Secara bertahap, jangkauan dakwahnya diperluas ke kerabat dan tetangga. Setelah mendapatkan perintah dari Allah, beliau mulai mendakwahkan Islam kepada masyarakat Makkah secara terbuka. Pada masa awal ini, banyak penduduk Makkah yang menentang dan memusuhi dakwah beliau. Beberapa alasan yang mendasari penolakan ini berkaitan dengan teologi, kedudukan sosial, pengaruh, dan masalah ekonomi. Mereka khawatir bahwa jika menerima Islam, apa yang mereka miliki akan hilang. Permusuhan terhadap Rasulullah sangat nyata, dengan berbagai upaya untuk menghentikan dakwah beliau, mulai dari penyiksaan, ancaman pembunuhan, hingga tawaran harta benda. Meskipun demikian, Rasulullah tetap mendakwahkan Islam di Makkah selama 13 tahun, meskipun nyawa beliau dan para pengikutnya terancam.
Selama 13 tahun di Makkah, Rasulullah menekankan dua aspek utama dalam ajaran dakwahnya. Pertama adalah kepercayaan kepada keesaan Allah. Pada masa itu, masyarakat Arab terjerat dalam syirik, menyembah banyak berhala yang dibuat sendiri. Hanya sedikit orang yang menyembah Allah yang Maha Esa (hanif), dan mereka tidak memiliki kekuatan. Rasulullah mengajak masyarakat Makkah untuk kembali kepada tauhid, menyembah hanya satu Tuhan, Allah. Salah satu strategi yang digunakan adalah mengajak mereka memperhatikan alam dan keteraturannya. Dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 22, Rasulullah menjelaskan bahwa jika ada Tuhan lain selain Allah, maka langit dan bumi akan hancur. Beliau juga mengingatkan bahwa berhala yang disembah tidak memiliki kekuatan sama sekali, seperti yang tertuang dalam QS. Al-Hajj ayat 73.
Kedua adalah ajaran tentang hari akhirat. Materi lain yang ditekankan oleh Rasulullah adalah kebangkitan manusia setelah kematian dan pertanggungjawaban amal di akhirat. Dalam dakwahnya, beliau menyampaikan beberapa ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan kebangkitan setelah kematian dan hari kiamat. Namun, banyak orang Makkah yang tetap tidak percaya dan meminta bukti lebih lanjut, bahkan menuntut agar Nabi Muhammad menghidupkan kembali nenek moyang mereka yang telah meninggal.
Di antara tokoh yang tidak percaya akan kebangkitan adalah Ubay bin Khalaf dan al-Ash bin Wail. Mereka menganggap bahwa kebangkitan setelah kematian adalah hal yang tidak logis dan hanya khayalan belaka. Menurut mereka, kehidupan hanya ada di dunia ini.
Selain dua hal tersebut, ajakan untuk berbudi pekerti luhur dan membantu yang lemah juga menjadi fokus penting dalam dakwah Rasulullah di Makkah. Penolakan dan penentangan tidak menghalangi semangat Rasulullah untuk terus mendakwahkan Islam kepada masyarakat Makkah.