- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Mimpi Raja Yaman dan Tanda-Tanda Kenabian Nabi Muhammad

Google Search Widget

Kisah ini mengisahkan tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad yang muncul jauh sebelum kelahirannya. Salah satu tanda tersebut adalah mimpi seorang Raja Yaman, Rabi’ah bin Nashr. Dalam al-Sirah al-Nabawiyyah yang diriwayatkan oleh Ibn Hisyam, diceritakan bahwa Rabi’ah melihat sebuah mimpi yang menakutkan dan segera memanggil para dukun, tukang sihir, dan ahli nujum di kerajaannya untuk meminta penjelasan.

Rabi’ah mengungkapkan ketakutannya tentang mimpi yang dialaminya, namun ia ragu untuk menceritakannya terlebih dahulu, karena ia percaya bahwa takwil mimpi tersebut hanya dapat dipahami oleh orang yang sudah mengetahui isi mimpinya. Salah seorang dari mereka menyarankan agar Rabi’ah mengundang Sathih dan Syiqq, dua peramal terkenal yang lebih berpengetahuan.

Setelah mengundang Sathih, Rabi’ah menceritakan mimpinya. Sathih memprediksi bahwa Rabi’ah akan melihat sebuah gumpalan hitam yang keluar dari tempat gelap dan melahap semua makhluk hidup. Keterangan ini membuat Raja semakin terkejut, dan ia bertanya tentang takwilnya. Sathih menjelaskan bahwa orang-orang Habsyi akan menginjak tanah Yaman dan menguasai daerah antara Abyan hingga Juras, namun kekuasaan mereka tidak akan bertahan selamanya.

Ketika Rabi’ah bertanya kapan peristiwa itu akan terjadi, Sathih menjawab bahwa itu akan terjadi enam puluh atau tujuh puluh tahun setelah masa pemerintahannya. Rabi’ah sangat khawatir mendengar itu dan bertanya siapa yang akan mengalahkan mereka. Sathih menjawab bahwa seorang nabi yang suci, yang menerima wahyu dari Tuhan, akan muncul dan mengakhiri kekuasaan orang-orang Habsyi.

Sathih menjelaskan bahwa nabi tersebut berasal dari keturunan Ghalib bin Fihr dan kekuasaan akan tetap berada di tangan kaumnya hingga akhir zaman. Rabi’ah bertanya apakah dunia ini memiliki akhir, dan Sathih menjelaskan bahwa akan ada hari di mana semua manusia, baik yang hidup maupun yang mati, akan dikumpulkan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.

Setelah mendengar takwil dari Sathih, Rabi’ah juga memanggil Syiqq untuk mendapatkan pendapat kedua. Jawaban Syiqq hampir sama dengan Sathih, tetapi dengan pilihan kata yang berbeda. Ia menyatakan bahwa kekuasaan orang-orang Habsyi akan dihentikan oleh seorang rasul yang diutus membawa kebenaran dan keadilan.

Mendengar penjelasan dari kedua peramal tersebut, Rabi’ah merasa khawatir jika semua itu benar-benar terjadi. Dengan pertimbangan matang, ia memutuskan untuk memindahkan keluarganya ke Irak untuk menghindari kehancuran akibat serangan orang-orang Habsyi. Ia pun menulis surat kepada seorang raja Persia untuk memastikan keselamatan keluarganya.

Kisah ini menunjukkan bagaimana tanda-tanda kenabian sudah terlihat jauh sebelum Nabi Muhammad lahir, sekaligus menggambarkan keyakinan masyarakat pada waktu itu terhadap peramal dan wahyu ilahi.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

December 24

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?