- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kiblat dalam Sejarah Islam

Google Search Widget

“Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya…” (QS. Al-Baqarah: 144). Turunnya ayat ini pada tahun ke-2 Hijriyah menjadi penanda bagi Nabi Muhammad saw. dan umat Islam untuk mengalihkan kiblat ke Masjidil Haram di Makkah. Sebelumnya, baik di Makkah maupun setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad saw. dan umat Islam berkiblat ke Ka’bah saat shalat.

Ketika berada di Makkah, Nabi Muhammad saw. juga menghadap ke Baitul Maqdis di Palestina, namun tidak membelakangi Ka’bah karena beliau berada di Hajar Aswad dan Rukun Yamani saat shalat. Setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad saw., baik atas inisiatif sendiri atau petunjuk Allah, mengubah kiblat shalat umat Islam ke Baitul Maqdis. Kejadian ini berlangsung selama 16 bulan, meskipun ada riwayat lain yang menyebutkan 17 atau 18 bulan.

Nabi Muhammad saw. mengubah kiblat ke Baitul Maqdis dengan maksud tertentu. Di Madinah, di mana banyak orang Yahudi tinggal, beliau ingin menunjukkan bahwa Islam bukan untuk menghilangkan ajaran nabi-nabi sebelumnya, termasuk Nabi Musa. Dengan menghadap ke Baitul Maqdis, Nabi Muhammad saw. berharap dapat menarik orang-orang Yahudi untuk menerima Islam. Namun, kebijakan ini tidak membuahkan hasil, dan orang-orang Yahudi tetap menolak Islam serta memusuhi beliau dan umat Islam.

Setelah 16 bulan berlalu, Nabi Muhammad saw. merasa lebih baik jika menghadap ke Ka’bah saat shalat. Ka’bah merupakan rumah peribadatan pertama bagi umat manusia yang dibangun oleh Nabi Ibrahim as., jauh lebih tua dibandingkan Baitul Maqdis yang dibangun oleh Nabi Sulaiman as. Selain itu, Makkah dipilih sebagai kiblat umat Islam karena posisinya yang merupakan pusat bumi.

Keinginan Nabi Muhammad saw. untuk mengalihkan kiblat ke Ka’bah semakin besar. Beliau sering menengadahkan wajahnya ke langit dan berharap turun wahyu dari Allah mengenai perintah untuk mengalihkan kiblat. Harapan tersebut dijawab Allah pada pertengahan bulan Rajab – atau riwayat lain menyebutkan pertengahan Sya’ban – tahun ke-2 Hijriyah, ketika beliau melaksanakan shalat Dzuhur atau Ashar. Allah menurunkan QS. Al-Baqarah ayat 144 yang berisi perintah untuk berkiblat ke Masjidil Haram.

Ketika ayat tersebut turun, Nabi Muhammad saw. menghentikan shalatnya sejenak, kemudian beliau berputar 180 derajat dan menghadap ke Makkah. Para jamaah yang berada di belakangnya terpaksa harus berjalan memutar untuk tetap berada di belakangnya. Masjid tempat Nabi Muhammad saw. mengalihkan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram ini kemudian dikenal sebagai Masjid Qiblatain (masjid dua kiblat).

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 6

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?