Ketika Rasulullah menerima wahyu di awal kenabiannya, beliau sempat meragukan apa yang dialaminya. Untuk mengatasi keraguannya, Sayyidah Khadijah mengajak beliau menemui Waraqah bin Naufal, saudara sepupunya. Waraqah bin Naufal adalah seorang yang memahami kitab-kitab suci terdahulu, khususnya dari tradisi Yahudi dan Kristen. Di tengah masyarakat Quraisy yang menyembah berhala, ia memilih untuk percaya kepada agama yang benar dan menolak penyembahan berhala. Ia mencari agama yang lurus (al-millah al-hanafiyyah) dan ajaran Ibrahim (al-syarî’ah al-ibrâhimiyyah).
Dalam Nawâdir al-Mahthûthât, tercatat bahwa terdapat pencari agama yang lurus dan syariat Nabi Ibrahim, termasuk Waraqah bin Naufal. Nasab Waraqah dari pihak ayah adalah Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul ‘Uzza, sedangkan dari pihak ibu adalah Hindun binti Abu Kabir bin ‘Abd bin Qushay. Waraqah adalah seorang penganut agama Nasrani yang sejati. Imam Ibnu Ishaq mencatat bahwa ia telah mengikuti kitab-kitab dengan serius.
Waraqah menentang penyembahan berhala yang dilakukan oleh masyarakatnya. Salah satu pernyataannya menunjukkan keyakinannya: “Apakah kalian mengetahui, demi Allah kaum kalian tidak berada dalam agama (yang benar). Cara pandang mereka salah. Mereka telah meninggalkan agama Ibrahim.” Dari berbagai riwayat, terlihat bahwa Waraqah bin Naufal memiliki kehausan akan kebenaran dan berkelana mencari agama yang benar. Dalam sebuah riwayat, diceritakan bahwa ia bersama Zaid bin Amr melakukan perjalanan untuk mencari agama hingga bertemu seorang pendeta di Mosul.
Waraqah belajar dari banyak guru dan menguasai kitab-kitab terdahulu, termasuk menyalin Perjanjian Baru ke dalam bahasa Arab. Sayyidah Khadijah, yang mengetahui keahlian Waraqah, membawanya kepada Rasulullah untuk membahas pengalaman yang dialami oleh suaminya. Setelah mendengar penjelasan Rasulullah, Waraqah bin Naufal menyatakan keyakinannya bahwa Muhammad adalah nabi yang dijanjikan.
Waraqah diperkirakan wafat sekitar tahun 610 M, tidak lama setelah Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya. Banyak riwayat menunjukkan bahwa Waraqah adalah ahli surga. Salah satu riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah pernah melihat Waraqah di surga mengenakan baju hijau. Dalam kitab al-Raudl al-Unuf, Imam Abu al-Qasim al-Suhaili menegaskan bahwa Waraqah adalah orang pertama yang beriman kepada Nabi Muhammad sebelum masa kenabian.
Sebagai orang yang selalu mengingat Allah dalam setiap perjalanan di masa jahiliyah, Waraqah bin Naufal dikenal sebagai sosok yang memiliki kedudukan tinggi di akhirat. Ia menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk tidak menyembah tuhan selain pencipta mereka dan selalu mendorong mereka untuk mencari kebenaran. Riwayat hidupnya menjadi contoh nyata dari pencarian spiritual yang tulus di tengah kegelapan penyembahan berhala pada zamannya.