- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Pengakuan Abu Jahal tentang Kebenaran Nabi Muhammad

Google Search Widget

Doa Nabi Muhammad saw. untuk mengangkat derajat Islam melalui salah satu dari dua sosok, Abu Jahal bin Hisyam atau Umar bin Khattab, menggambarkan betapa pentingnya dua tokoh ini dalam sejarah Islam. Abu Jahal, yang dikenal sebagai Amr bin Hisyam, merupakan salah satu elit Quraisy yang sangat menentang dakwah Nabi Muhammad saw. Ia dikenal sebagai pribadi yang kejam dan tidak segan-segan menghabisi lawan-lawannya. Karena sikapnya, ia dijuluki sebagai Fir’aun pada masanya. Salah satu sahabat Nabi yang menjadi korban siksaan Abu Jahal adalah Sumayyah, yang gugur akibat perlakuan brutalnya.

Berbagai cara ditempuh Abu Jahal untuk menghentikan penyebaran Islam, mulai dari intimidasi terhadap umat Islam hingga ancaman langsung kepada Nabi Muhammad saw. Suatu ketika, ia bahkan melarang Nabi untuk melaksanakan shalat, namun Rasulullah tetap tidak gentar. Abu Jahal juga berperan dalam memicu perang Badar, di mana pasukan Quraisy terpecah antara yang ingin terus berperang dan yang merasa perang sudah tidak diperlukan lagi setelah kafilah dagang Abu Sufyan selamat sampai Makkah. Namun, Abu Jahal bersama elit Quraisy lainnya berhasil membangkitkan semangat perang, merasa saat itu adalah waktu yang tepat untuk memberikan pelajaran kepada umat Islam.

Meski pasukan Quraisy kalah dalam perang Badar, ada fakta menarik mengenai sikap Abu Jahal terhadap Al-Qur’an. Pada awal turunnya wahyu, ia sering mengintip ke rumah Nabi Muhammad saw. untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Keajaiban suara Al-Qur’an membuatnya dan beberapa elit Quraisy lainnya ketagihan untuk mendengarnya, namun hal ini tidak membuatnya beralih ke Islam.

Abu Jahal juga mengakui kebenaran dan kejujuran Nabi Muhammad saw. Ketika ditanya oleh al-Miswar bin Makhramah tentang sosok Nabi, ia mengakui bahwa Nabi adalah orang yang sangat jujur dan terpercaya, bahkan dijuluki al-Amin. Namun, sikap penolakan Abu Jahal terhadap ajaran Nabi bukan karena meragukan kebenarannya, melainkan lebih kepada fanatisme golongan dan persaingan kehormatan antara keluarganya dan Bani Hasyim.

Dalam konteks pertentangan ini, terlihat jelas bahwa sikap permusuhan Abu Jahal lebih dipengaruhi oleh kepentingan kelompoknya daripada keyakinan atas kebohongan Nabi Muhammad saw. Hal ini menandakan betapa kompleksnya dinamika sosial dan politik yang terjadi pada masa itu di kalangan masyarakat Quraisy.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

April 24

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?