Sayyidah Khadijah adalah wanita pertama yang memeluk Islam, secara tegas menyatakan keimanannya dengan mengucapkan, “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,” setelah mendengar pengakuan suaminya mengenai pengalaman di Gua Hira. Di sana, Rasulullah menerima wahyu pertama dari malaikat Jibril. Keyakinan Sayyidah Khadijah terhadap Nabi Muhammad sangat kuat; ia percaya bahwa suaminya adalah seorang nabi dan utusan Allah.
Rasulullah merasa bahagia dengan dukungan Khadijah, yang tak hanya memberikan keyakinan, tetapi juga dukungan moral dan materiil dalam dakwah Islam. Setelah peristiwa di Gua Hira, Rasulullah pergi ke sebuah gunung di Makkah, di mana Jibril mengajarkan tata cara wudhu. Dengan seksama, Rasulullah mengikuti setiap gerakan yang diperagakan oleh Jibril. Setelah berwudhu, Jibril melaksanakan shalat, dan Rasulullah juga mengikuti gerakan tersebut.
Setelah menerima wahyu dari Jibril, Rasulullah kembali ke rumahnya dan ingin mengajarkan wudhu serta shalat kepada Sayyidah Khadijah. Dengan penuh semangat, ia berkata, “Aku akan mengajarkan kepadamu apa yang sudah Jibril ajarkan kepadaku.” Sayyidah Khadijah merasa sangat gembira dan penuh perhatian saat suaminya menyiapkan air untuk berwudhu.
Seiring dengan pengajaran yang diberikan Jibril, Rasulullah menunjukkan cara wudhu kepada Sayyidah Khadijah. Mereka kemudian melaksanakan shalat bersama, meskipun shalat lima waktu baru disyariatkan setelah peristiwa Isra’ Mi’raj. Pada awal Islam, umat diwajibkan untuk shalat dua kali: dua rakaat di pagi hari dan dua rakaat di petang hari. Dalam buku “Sirah Nabawiyah,” terdapat pendapat bahwa Rasulullah dan para sahabat sudah melaksanakan shalat sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj. Namun, ada berbagai pandangan mengenai status hukum shalat tersebut.
Salah satu pendapat menyatakan bahwa shalat yang diwajibkan sebelum Isra’ Mi’raj adalah shalat sebelum matahari terbit dan terbenam, sesuai dengan Al-Qur’an Surat Al-Mukmin ayat 55 yang menyatakan, “Dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.”