Tsauban adalah salah satu pelayan Rasulullah yang berasal dari Yaman. Ia menjadi tawanan dalam perang di zaman Jahiliyah, tetapi kemudian dibeli dan dibebaskan oleh Rasulullah. Tsauban memilih untuk tinggal bersama Rasulullah dan melayaninya dengan penuh cinta. Meskipun Rasulullah memiliki banyak pelayan, semua dibebaskan seiring waktu, namun Tsauban tetap setia dan tidak ingin berpisah dari majikannya.
Kehadiran Rasulullah membuat Tsauban merasa bahagia. Ia akan gelisah jika Rasulullah pergi jauh, karena tidak dapat melihat wajahnya. Ketika Rasulullah kembali, Tsauban langsung menatap wajahnya dengan penuh kegembiraan, dan merasakan kesedihan ketika Rasulullah tidak ada di sampingnya.
Suatu ketika, Rasulullah melihat Tsauban bersedih meskipun tidak dalam keadaan sakit dan sedang bersamanya. Rasulullah pun bertanya mengapa Tsauban merasa demikian. Tsauban menjawab bahwa ia takut tidak dapat melihat Rasulullah lagi di akhirat, karena Rasulullah akan diangkat ke surga tertinggi bersama para nabi, sementara tempatnya mungkin tidak sebanding.
Tsauban sangat mencintai Rasulullah hingga memikirkan tentang kebersamaannya di akhirat kelak. Mendengar jawaban tersebut, Rasulullah merasa terharu dan kasihan kepada pelayannya. Tak lama setelah itu, turunlah wahyu yang menjelaskan bahwa siapa pun yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya akan bersama dengan orang-orang yang dianugerahi Allah, seperti para nabi, orang-orang shiddiq, syuhada, dan orang-orang saleh. Ayat ini seolah menjawab kekhawatiran Tsauban, memberikan harapan bahwa ia bisa bersama dengan Rasulullah di akhirat.
Kisah ini menggambarkan betapa besar cinta Tsauban kepada Rasulullah dan menunjukkan bahwa kesetiaan serta pengabdian yang tulus dapat membawa seseorang pada kedamaian dan harapan akan kebersamaan di kehidupan setelah mati.