Rasulullah Muhammad SAW menjalin hubungan baik dengan non-Muslim selama mereka tidak mengganggu dakwah Islam. Dalam berbagai riwayat, terdapat beberapa non-Muslim yang memiliki kedekatan dengan beliau, seperti Abu Thalib (paman Rasulullah), Abdul Quddus (pembantu yang beragama Yahudi), dan Mukhairiq (seorang pendeta Yahudi). Beberapa dari mereka akhirnya memeluk Islam, seperti Abdul Quddus, sementara yang lain tetap pada keyakinan masing-masing, seperti Abu Thalib dan Mukhairiq. Rasulullah menyadari bahwa hidayah adalah urusan Allah, dan tugasnya adalah menyampaikan Islam. Oleh karena itu, beliau tetap menjaga hubungan baik meski berbeda keyakinan dan tidak ragu untuk menerima bantuan serta hadiah dari mereka.
Salah satu contoh yang terkenal adalah ketika Rasulullah menerima hadiah dari Zainab binti al-Harits, seorang Yahudi Khaibar. Setelah Perang Khaibar, Rasulullah dan pasukan tidak langsung meninggalkan daerah tersebut, melainkan tinggal beberapa hari untuk menjaga stabilitas. Suatu ketika, Zainab menghampiri Rasulullah dan memberikan domba panggang sebagai hadiah, bukan sedekah. “Wahai Abul Qasim, aku ingin memberi hadiah kepada engkau berupa domba panggang, terimalah,” ucap Zainab.
Rasulullah menerima hadiah tersebut dan mengajak para sahabatnya untuk menikmatinya bersama. Namun, saat hendak menyantap bagian paha depan, beliau menyadari bahwa hidangan tersebut mengandung racun setelah melihat kaki domba. Rasulullah pun memuntahkan makanan tersebut, begitu juga para sahabatnya. Zainab ternyata merencanakan untuk membunuh Rasulullah sebagai balas dendam atas kehilangan anggota keluarganya dalam perang tersebut. Meskipun demikian, Rasulullah tetap menerima hadiah dari non-Muslim.
Kejadian ini menunjukkan bahwa Rasulullah tidak menolak ketika menerima hadiah dari Zainab. Beliau menyambutnya dengan gembira dan mengajak para sahabat untuk menikmati hidangan tersebut bersama-sama. Ini menjadi bukti sejarah bahwa hubungan baik dengan non-Muslim tetap terjaga di tengah perbedaan keyakinan.