Rasulullah Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Sebagai nabi dan utusan Allah terakhir, tugasnya adalah mengajak umat untuk menyembah Allah melalui ajaran Islam, agama yang menyempurnakan ajaran nabi-nabi sebelumnya. Dalam menyebarkan Islam, Rasulullah menunjukkan ketekunan dan kesabaran yang luar biasa. Di awal dakwahnya, ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi, tetapi seiring dengan bertambahnya jumlah pengikut, beliau mulai menyampaikan ajaran Islam secara terbuka kepada masyarakat Arab.
Rasulullah tidak membedakan siapapun dalam dakwahnya. Baik yang kaya maupun miskin, muda atau tua, semua diajak untuk memeluk Islam yang merupakan agama keselamatan. Beliau memahami bahwa tugasnya adalah menyampaikan kebenaran, bukan memaksa orang untuk masuk Islam, karena hidayah sepenuhnya adalah urusan Allah. Ada yang menerima ajaran dengan cepat, namun ada juga yang menolak.
Salah satu contoh penolakan yang terang-terangan terjadi di Thaif. Selama 10 hari di Thaif, Rasulullah berusaha mengajak tokoh masyarakat setempat untuk berdiskusi dan memeluk Islam. Namun, hasilnya sangat menyedihkan; mereka malah menyerukan agar masyarakat Thaif mengusir Rasulullah dan bahkan melempari beliau dengan batu hingga terluka. Meski diperlakukan demikian, sikap Rasulullah tetap bijak. Beliau tidak marah atau menyimpan dendam, melainkan mendoakan agar masyarakat Thaif diberikan petunjuk dan dihindarkan dari azab Allah.
Dalam situasi lain, ketika sahabat Thufail bin Amr al-Dausi melaporkan penolakannya di Daus, Rasulullah kembali menunjukkan sikap yang sama. Beliau mendoakan agar penduduk Daus mendapatkan petunjuk dan berpesan agar berdakwah dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang, bukan dengan kekerasan.
Sikap Rasulullah terhadap mereka yang menolak ajaran Islam mencerminkan pendekatan yang penuh kasih dan pengertian. Beliau mendoakan mereka setelah memberikan pemahaman tentang kebenaran Islam, sambil selalu menekankan pentingnya pendekatan yang baik dalam berdakwah.