Rasulullah (SAW) adalah manusia yang berbeda dari manusia biasa. Beliau menjalani kehidupan sehari-hari seperti makan, minum, tidur, dan berumah tangga. Namun, Rasulullah (SAW) terjaga dari perbuatan dosa dan segala tindakannya bebas dari kemaksiatan berkat penjagaan Allah. Sebagai seorang suami, beliau pun mengalami berbagai persoalan rumah tangga seperti suami lainnya, termasuk berselisih dan bertengkar dengan istri.
Salah satu momen yang diceritakan dalam buku “Kisah-kisah Romantis Rasulullah” terjadi ketika Aisyah berbicara dengan keras kepada Rasulullah (SAW) dari dalam kamar. Abu Bakar as-Siddiq, yang saat itu berkunjung, segera menyadari bahwa putrinya dan menantunya sedang bertikai. Ketika meminta izin untuk menemui Aisyah, Abu Bakar hendak memukul Aisyah karena suaranya yang keras. Namun, Rasulullah (SAW) mencegah tindakan tersebut. Keesokan harinya, Abu Bakar datang kembali dan melihat anak serta menantunya sudah berdamai.
Dalam kisah lain, Rasulullah (SAW) marah kepada Aisyah karena beberapa hal. Beliau meminta Aisyah untuk menutup mata dan mendekat. Aisyah merasa cemas karena mengira akan dimarahi, tetapi apa yang terjadi justru sebaliknya. “Khumaira ku (panggilan sayang Rasulullah untuk Aisyah) telah pergi rasa marahku setelah memelukmu,” ungkap Rasulullah (SAW).
Dari cerita ini, terdapat dua pelajaran penting tentang bagaimana seharusnya sikap seorang suami terhadap istrinya saat terjadi perselisihan. Pertama, masalah rumah tangga sebaiknya diselesaikan sendiri tanpa melibatkan orang lain, meskipun itu orang tua atau mertua. Rasulullah (SAW) telah menunjukkan hal ini dengan mencegah Abu Bakar untuk ikut campur dalam urusan rumah tangganya. Kedua, ketika terjadi kemarahan, sebaiknya suami atau istri saling memeluk untuk menghilangkan rasa marah. Hal ini lebih baik daripada menggunakan kekerasan.
Kisah-kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya komunikasi dan kasih sayang dalam hubungan suami istri, serta cara menyelesaikan masalah tanpa melibatkan orang lain.