Aisyah adalah satu-satunya istri Rasulullah (SAW) yang dinikahi dalam keadaan masih gadis. Ia merupakan istri ketiga Rasulullah (SAW) setelah Khadijah wafat dan Saudah binti Zam’ah, seorang janda. Aisyah adalah putri dari pasangan Abu Bakar al-Siddiq dan Ummu Ruman. Nasab Aisyah bertemu Rasulullah (SAW) pada Murrah bin Ka’ab. Dalam masyarakat Quraish, Aisyah berasal dari marga Bani Taim, yang dikenal sebagai wanita patuh dan lemah lembut. Pria-pria dari marga ini dikenal cerdas, dermawan, jujur, dan pemberani.
Julukan Humaira, yang berarti pipinya yang merona, menggambarkan kecantikan Aisyah. Ia digambarkan sebagai perempuan berkulit putih, bermata besar, berambut keriting, dan bertubuh langsing. Ada berbagai versi mengenai usia Aisyah saat dinikahi Rasulullah (SAW). Beberapa menyebutkan ia berusia 6 atau 7 tahun ketika menikah dan 10 tahun saat tinggal satu rumah. Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa ia berusia 19 atau 20 tahun ketika berumah tangga.
Quraish Shihab dalam bukunya menyatakan bahwa tidak ada kritikan atau cemoohan dari musuh-musuh Rasulullah (SAW) tentang pernikahan tersebut pada masa itu. Menariknya, kritik baru muncul ratusan tahun setelah kejadian itu. Pernikahan antara seseorang yang lebih tua dengan perempuan muda adalah hal yang wajar dalam masyarakat pada waktu itu.
Rasulullah (SAW) menikahi Aisyah pada bulan Syawwal tahun ke-10 kenabian di Makkah, sekitar tiga tahun setelah wafatnya Khadijah binti Khuwailid. Mahar yang diberikan kepada Aisyah adalah 12 uqiyyah atau 400 dirham.
Alasan Rasulullah (SAW) mempersunting Aisyah datang dari sebuah mimpi. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah (SAW) melihat malaikat membawakan Aisyah yang dibalut kain sutera. Malaikat tersebut menginformasikan bahwa Aisyah adalah istrinya. Mimpi ini terjadi tiga kali, dan Rasulullah (SAW) percaya bahwa jika mimpi ini berasal dari Allah, maka pasti akan dikabulkan.
Sebelum lamaran tersebut, Abu Bakar sempat ragu karena Muth’im bin Adiy ingin menikahkan anaknya dengan Aisyah. Namun, setelah mengetahui sifat buruk keluarga Muth’im, Abu Bakar akhirnya menyetujui lamaran Rasulullah (SAW) untuk menikahi Aisyah.