Nabi Muhammad (SAW) adalah sosok yang istimewa. Ia dijaga oleh Allah dari segala perbuatan maksiat dan hal-hal yang dilarang (ma’shum). Keteladanan Nabi dalam berbicara dan bertindak selalu mengedepankan perasaan orang lain. Namun, ada dua sahabatnya yang pernah merasakan sakit hati akibat tindakan Nabi Muhammad (SAW).
Pertama, Usaid bin Hudhair. Ia adalah putra pemimpin kabilah Aus, Hudhair al-Kata’ib, dan memeluk Islam di bawah bimbingan Mus’ab bin Umari, duta besar Islam di Madinah. Usaid dikenal sebagai sosok yang pemberani, dermawan, serta selalu bersikap ramah dan murah senyum.
Suatu hari, dalam sebuah majelis bersama Nabi Muhammad (SAW) dan sahabat-sahabat lainnya, Usaid menceritakan kisah yang membuat semua orang tertawa. Dalam momen tersebut, Nabi Muhammad (SAW) mencolek lambung Usaid, yang membuat sahabat ini merasa tersakiti.
“Lakukan pembalasan setimpal terhadapku,” ujar Nabi Muhammad (SAW), meminta agar Usaid membalas perbuatannya. Namun, Usaid enggan untuk langsung membalas. Ia menjelaskan bahwa saat Nabi mencoleknya, ia tidak mengenakan gamis, sementara Nabi sudah mengenakan gamis. Usaid kemudian meminta Nabi untuk melepaskan gamisnya agar pembalasannya bisa setimpal.
Nabi Muhammad (SAW) memenuhi permintaan Usaid dengan mengangkat gamisnya. Melihat keadaan Nabi seperti itu, Usaid segera mendekat dan mengecup bagian samping tubuhnya. “Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah (SAW), inilah yang kuinginkan,” ungkap Usaid dengan penuh cinta.
Usaid adalah salah satu sahabat yang sangat mencintai dan setia kepada Nabi Muhammad (SAW). Pada Perang Uhud, ia mengalami tujuh luka namun tetap bertahan bersama Nabi di saat pasukan Muslim terdesak. Hal ini membuat Nabi Muhammad (SAW) memuji Usaid dalam sebuah hadits, “Sebaik-baik orang laki-laki adalah Usaid bin Hudhair.”
Kedua, Sawad bin Ghaziyah, seorang yang turut serta dalam Perang Badar. Seperti Usaid, Sawad juga merasa tersakiti oleh tindakan Nabi Muhammad (SAW). Dalam sebuah insiden di Perang Badar, ketika Nabi Muhammad (SAW) menata barisan pasukan dengan anak panah, Sawad tidak berada dalam posisi yang lurus. Untuk meluruskannya, Nabi Muhammad (SAW) menohok perut Sawad.
“Wahai Rasulullah (SAW), engkau telah menyakitiku, padahal Allah mengutusmu membawa kebenaran dan keadilan,” kata Sawad, yang saat itu tidak mengenakan baju. Ia menuntut balas agar Nabi melepaskan bajunya agar bisa mendapatkan keadilan.
Nabi Muhammad (SAW) menuruti permintaan Sawad hingga terlihat kulitnya yang bersih dan putih. Tak lama setelah itu, Sawad merangkul dan mengecup perut Nabi Muhammad (SAW). Ketika Nabi bertanya mengapa Sawad melakukan hal tersebut, Sawad menjawab bahwa ia ingin di akhir hidupnya bisa merasakan sentuhan kulit Nabi Muhammad (SAW).
Nabi Muhammad (SAW) pun mendoakan kebaikan untuk Sawad. Terdapat riwayat lain yang menyebutkan bahwa Sawad menuntut balas ketika Nabi Muhammad (SAW) kembali ke Madinah setelah menunaikan haji wada di Makkah, bukan hanya pada saat Perang Badar. Waallahu ‘Alam.