Zakat merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim. Selain sebagai bentuk ibadah kepada Allah, zakat juga memiliki makna sosial yang besar dalam membantu sesama yang membutuhkan.

Ada dua jenis zakat yang perlu diketahui, yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat fitrah wajib dikeluarkan oleh setiap Muslim pada akhir bulan Ramadhan, sedangkan zakat mal wajib diberikan oleh Muslim yang memiliki aset tertentu yang memenuhi syarat untuk dizakati.

Menurut pandangan Syekh Nawawi Al-Bantani, terdapat delapan jenis harta yang harus dizakati, antara lain emas, perak, hasil pertanian, kurma, anggur, unta, sapi, dan kambing. Zakat tersebut harus disalurkan kepada delapan golongan yang berhak menerima zakat.

Dalam Islam, zakat memiliki alokasi yang jelas. Muzakki memiliki pilihan untuk menyalurkan zakatnya melalui lembaga amil zakat yang sah atau langsung kepada mustahiq zakat seperti yang telah ditetapkan dalam Al-Quran.

Dari berbagai golongan yang berhak menerima zakat, fakir miskin adalah salah satu yang paling sering mendapatkan bantuan zakat. Namun, sebenarnya zakat tidak hanya diperuntukkan bagi fakir miskin saja.

Terkait penyaluran zakat mal, mayoritas ulama Syafi’iyah sepakat bahwa tidak diperbolehkan menyalurkan zakat dalam bentuk barang. Pendapat ini didasarkan pada ketentuan syariat yang jelas terkait jenis harta yang harus dikeluarkan sebagai zakat.

Meskipun demikian, mazhab Hanafi memperbolehkan penyaluran zakat mal dalam bentuk barang. Mereka berpendapat bahwa ketentuan jenis harta yang harus dikeluarkan sebagai zakat bertujuan untuk memberi kemudahan kepada pemilik harta.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas ulama tidak memperbolehkan penyaluran zakat dalam bentuk barang. Namun, terdapat perbedaan pendapat dengan mazhab Hanafi yang memperbolehkannya. Semoga informasi ini bermanfaat untuk memahami lebih dalam mengenai kewajiban menunaikan zakat dalam Islam.