Di separuh akhir bulan Ramadhan, umat Islam disunahkan untuk membaca doa qunut dalam rakaat terakhir shalat witir. Doa ini dibacakan dengan ketentuan dan tata cara yang sama dengan qunut shalat subuh. Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa Umar bin Al-Khattab ra mengumpulkan orang-orang untuk shalat berjamaah selama dua puluh malam pada paruh akhir Ramadhan, dan hanya membaca doa qunut pada waktu tersebut.

Dalam membaca doa qunut, imam disarankan untuk membacanya dengan lantang, sementara makmum mendengarkan dan membaca “amin”. Namun, saat imam sampai pada bagian puji-pujian kepada Allah (tsana’), makmum dianjurkan untuk membaca sendiri secara lirih bersamaan dengan bacaan imam.

Ada perbedaan pendapat di antara para ahli fiqih mengenai apakah imam harus membaca puji-pujian dengan lantang atau lirih. Mayoritas ulama cenderung pada pendapat bahwa imam sebaiknya membaca dengan lantang agar makmum dapat mendengar. Sehingga, imam seharusnya membaca seluruh bacaan qunut dengan suara keras, sementara makmum membaca “amin” dari awal dan saat redaksi puji-pujian dengan lirih bersamaan dengan bacaan imam.

Dalam praktiknya, jika imam membaca puji-pujian dengan lirih, dia masih mendapatkan pahala doa qunut namun terlewat pahala anjuran membacanya dengan lantang. Oleh karena itu, sebaiknya imam membaca semua bacaan qunut dengan suara keras untuk memastikan semua jamaah dapat mendengar dengan jelas.

Dengan demikian, praktik yang benar dalam membaca doa qunut dalam shalat berjamaah adalah sebagai berikut: Imam membaca seluruh bacaan doa qunut dengan suara keras, termasuk saat membaca puji-pujian; sementara makmum mendengarkan dan membaca “amin”, kecuali saat imam sampai pada puji-pujian, maka makmum membacanya sendiri secara lirih bersamaan dengan bacaan imam yang keras. Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi kita semua.