Pemilihan umum, atau pemilu, merupakan momen krusial dalam menentukan arah politik suatu negara. Setiap warga negara yang memiliki hak suara berperan dalam menentukan pemimpin yang akan memimpin bangsa selama periode tertentu. Pemilu Tahun 2024 menjadi sorotan utama, di mana para pemimpin partai politik, calon presiden dan wakil presiden, anggota lembaga terkait, seperti KPU, Bawaslu, dan DKPP, telah menyepakati untuk menjalankan pemilu secara langsung, umum, rahasia, jujur, dan adil.
Dalam menyikapi pentingnya pemilu, sejarah Islam mengajarkan nilai-nilai yang patut untuk dipertimbangkan. Dari kisah-kisah para sahabat Rasulullah SAW, terdapat beberapa pelajaran berharga dalam menata pemilu yang damai:
- Kampanye Tanpa Permusuhan: Dari kisah Sayyidina Hasan, kita belajar pentingnya menjalankan kampanye politik tanpa permusuhan dan pertumpahan darah. Menghindari konflik dan memprioritaskan keselamatan serta kedamaian umat menjadi hal utama dalam memilih pemimpin.
- Kampanye Tanpa Politik Identitas: Contoh dari sahabat Ali bin Abi Thalib menunjukkan bahwa politik identitas sebaiknya tidak menjadi dasar dalam memilih pemimpin. Kapasitas, kualitas, dan kelayakan seseorang sebagai pemimpin harus menjadi pertimbangan utama.
- Menerima Perbedaan Tanpa Menjatuhkan Lain: Saat menghadapi perbedaan pilihan politik, kita harus belajar untuk saling menghormati dan menerima kelebihan dari pilihan orang lain. Menghargai pendapat serta merespons dengan bijak akan menciptakan suasana yang kondusif.
- Menerima dan Menghormati Hasil Pemilihan: Setelah pemilihan dilakukan, penting bagi semua pihak untuk menerima hasil dengan lapang dada. Mendukung pemimpin yang terpilih demi keutuhan bangsa dan negara merupakan sikap yang mulia.
Dari sudut pandang sejarah Islam, pembelajaran-nilai ini menjadi pedoman berharga dalam menjalankan pemilu yang sejuk dan damai. Semoga setiap pemilih dan pemimpin yang terpilih dapat menjalankan amanah dengan baik demi kemajuan bangsa dan negara ke depan.