Shalat merupakan ibadah utama bagi umat Islam dan menjadi amal pertama yang akan dihisab di hari kiamat. Shalat berjamaah memiliki keistimewaan tersendiri, seperti yang disabdakan oleh Nabi bahwa shalat berjamaah memiliki keutamaan 27 derajat lebih tinggi daripada shalat sendirian.
Di Indonesia, seringkali terjadi kebingungan di antara jamaah ketika imam membacakan surat Al-Fatihah atau surat pendek dengan cepat, menyebabkan para makmum yang belum selesai membaca Al-Fatihah merasa kebingungan. Hal ini bisa berpotensi mengakibatkan ketinggalan dua rukun dalam shalat, yang dapat membatalkan keabsahan shalat.
Pandangan para Imam Mazhab mengenai kewajiban membaca surat Al-Fatihah bagi seorang makmum dibedakan antara mazhab Syafi’i dan Hanafi. Menurut mazhab Syafi’i, membaca surat Al-Fatihah bagi makmum adalah wajib, sedangkan menurut mazhab Hanafi, makmum tidak wajib membaca Al-Fatihah karena pembacaan imam sudah cukup mewakili.
Para ulama mazhab Syafi’i berpendapat bahwa makmum tetap wajib membaca Al-Fatihah dalam shalat, dengan alasan bahwa kewajiban membaca Al-Fatihah menjadi tanggung jawab individu yang sedang shalat. Sebaliknya, mazhab Hanafi berpendapat bahwa pembacaan imam sudah mencukupi bagi makmum, sehingga tidak perlu membaca Al-Fatihah secara terpisah.
Dari dua pendapat tersebut, jika seseorang mengikuti mazhab Syafi’i, maka wajib bagi makmum untuk tetap membaca Al-Fatihah hingga selesai, asalkan tidak terlalu tertinggal dari gerakan rukun shalat. Sementara bagi yang mengikuti mazhab Hanafi, tidak perlu membaca Al-Fatihah secara terpisah karena pembacaan imam dianggap sudah mewakili.
Kesimpulannya, kewajiban membaca surat Al-Fatihah bagi makmum menjadi perdebatan di antara ulama berdasarkan interpretasi masing-masing mazhab. Oleh karena itu, pemahaman dan praktik shalat sebaiknya disesuaikan dengan tuntunan yang diyakini sesuai keyakinan masing-masing tanpa mengurangi esensi ibadah tersebut.
