- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Mengungkap Fakta dan Solusi Terkait Bunuh Diri di Kalangan Anak Muda dan Remaja

Google Search Widget

Bunuh diri menjadi salah satu masalah serius dalam kesehatan mental yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa bunuh diri menempati peringkat ke-10 sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia, dan bahkan menjadi penyebab kematian ketiga tertinggi di kalangan anak muda berusia 15-29 tahun. Di Indonesia sendiri, angka bunuh diri pada tahun 2015 mencapai 2,9 kasus dari 100 ribu populasi, angka yang lebih rendah dibandingkan dengan Thailand.

Dalam konteks Indonesia, data dari Kepolisian RI (Polri) mencatat adanya 585 laporan kasus bunuh diri dari Januari hingga Juni 2023, dimana mayoritas kasus terjadi di Jawa Tengah. Anak muda dan remaja berusia 14-17 tahun menjadi kelompok yang rentan terhadap tindakan bunuh diri. Faktanya, bunuh diri telah menjadi penyebab kematian nomor tiga di kalangan remaja dengan tingkat kecenderungan yang meningkat hingga 30 kali lipat dalam tiga dekade terakhir.

Beberapa faktor yang dapat memicu seseorang, terutama anak muda dan remaja, untuk melakukan bunuh diri antara lain adalah depresi. Depresi adalah gangguan mental yang ditandai dengan perasaan sedih, kehilangan minat, dan kesulitan dalam menikmati aktivitas sehari-hari. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 55% individu dengan depresi memiliki pemikiran untuk bunuh diri.

Selain depresi, perundungan atau bullying juga dapat menjadi pemicu bunuh diri. Perundungan merupakan perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan untuk menyakiti, mengintimidasi, atau merendahkan martabat korban. Hal ini sering terjadi di lingkungan sekolah dan dapat berdampak besar baik secara fisik maupun psikologis terhadap korban.

Faktor risiko lainnya adalah perasaan putus asa atau ketidakberdayaan. Perasaan ini muncul ketika seseorang merasa tidak memiliki kendali atas situasi atau hidupnya, yang dapat dipicu oleh pengalaman trauma, pelecehan, atau kegagalan. Orang yang merasa putus asa cenderung melihat dunia sebagai tempat yang tidak adil dan tidak dapat diprediksi.

Untuk mencegah peningkatan kasus bunuh diri, menjaga kesehatan mental menjadi hal yang sangat penting. Dengan kondisi mental yang baik, seseorang akan lebih mampu mengatasi pikiran dan perasaan negatif yang dapat memicu tindakan bunuh diri. Selain itu, memiliki mental yang bijak dan sabar juga merupakan kunci dalam menghadapi kesulitan dan tantangan hidup.

Dalam konteks agama Islam, bunuh diri merupakan perbuatan yang dilarang karena dianggap sebagai tindakan mengabaikan anugerah kehidupan dari Allah. Islam menekankan pentingnya belas kasihan, pengampunan, dan pertobatan dalam menghadapi kesulitan hidup. Jika seseorang merasakan pemikiran atau perasaan bunuh diri, sebaiknya mencari bantuan profesional, dukungan sosial, serta konsultasi dengan ulama atau konselor untuk mendapatkan panduan dan dukungan yang diperlukan.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

February 19

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?