Bulan Oktober selalu menjadi bulan istimewa bagi para santri, karena diperingati sebagai Hari Santri. Momentum ini tidak hanya sebagai pengingat perjuangan dan pengorbanan para santri dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia, tetapi juga sebagai ajakan untuk terus mempertahankan nilai-nilai kesopanan dan budi pekerti dalam kesantrian.
Adab dan kesopanan yang ditunjukkan para santri kepada kiai dan ustadznya memiliki peran penting dalam kesuksesan mereka. Sikap hormat dan sopan terhadap para pendidik akan membawa berkah dalam proses pencarian ilmu. Sebaliknya, sikap yang kurang menghormati dapat menjadi hambatan dalam meraih keberkahan ilmu.
Imam Burhanuddin az-Zarnuji telah menjelaskan pentingnya menjaga adab terhadap para guru dalam salah satu karyanya. Beliau menegaskan bahwa seorang pelajar tidak akan pernah mendapatkan ilmu jika tidak menghormati ilmu, orang berilmu, guru, dan tidak menghormati guru.
Menurut Imam az-Zarnuji, terdapat banyak adab yang harus dipelihara oleh seorang santri terhadap kiai dan guru, antara lain tidak lewat di depan guru kecuali jika tidak ada jalan lain, tidak duduk di tempat yang diduduki guru, tidak berbicara kecuali dengan izin guru, tidak berbicara berlebihan meskipun telah mendapat izin, tidak bertanya saat guru sedang lelah, dan lain sebagainya.
Dari uraian Imam az-Zarnuji tersebut, dapat dipahami bahwa seorang santri dituntut untuk bertingkah laku yang menyenangkan hati guru. Segala tindakan yang dapat membuat guru senang harus diperjuangkan, kecuali jika itu melibatkan perintah maksiat. Selain itu, seorang santri juga harus menjauhi segala tindakan yang dapat menimbulkan kemarahan guru.
Pentingnya menjaga adab santri terhadap kiai dan ustadznya harus terus diingat dan diamalkan. Semoga kesadaran akan nilai-nilai kesopanan ini dapat tumbuh kembali di kalangan para santri, sehingga tradisi adab dalam kesantrian tetap terjaga dan diteruskan sebagai bagian dari peradaban Indonesia.