Memperingati Maulid Nabi merupakan suatu bentuk kebaikan jika dilakukan dengan amal yang baik dan menjauhi hal-hal yang tidak disetujui oleh syari’at. Hal ini dapat dikategorikan sebagai bid’ah hasanah. Al-Hafidz Abu Fadhl Ahmad Ibn Hajar menyatakan bahwa dasar peringatan Maulid didasari oleh hadits sahih yang menerangkan tentang kebolehan bersyukur kepada Allah atas anugerah-Nya pada hari-hari tertentu.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Kitab Shiyam menjelaskan bahwa Rasulullah datang ke Madinah dan menemukan orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura. Mereka berpuasa sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas keselamatan Musa dari Fir’aun. Dari hadits ini, dapat dipahami bahwa bersyukur kepada Allah atas anugerah-Nya pada hari tertentu adalah suatu bentuk ibadah yang dianjurkan.
Peringatan Maulid Nabi juga merupakan wujud rasa syukur kepada Allah atas kelahiran Nabi Muhammad saw, yang merupakan pembawa risalah terakhir, rahmat bagi seluruh alam semesta, dan pemberi syafa’at. Tidak ada anugerah yang lebih agung daripada kelahiran beliau di dunia. Oleh karena itu, memperingati Maulid Nabi merupakan amalan yang berdasarkan pada hadits sahih dan bernilai pahala.
Dalam peringatan Maulid, disarankan untuk melakukan amal-amal yang dapat dijadikan sebagai bentuk syukur kepada Allah seperti tilawah Al-Quran, memberi makan, bersedekah, memuji, menyanjung, serta mengambil teladan dari kehidupan Nabi Muhammad untuk terus berbuat kebaikan dan beramal yang mengarah pada kehidupan akhirat. Semoga kita senantiasa diberikan petunjuk dan keberkahan dalam menjalankan ibadah kita.