Bulan Rabiul Awal selalu diidentikkan sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad saw, utusan Allah yang membawa ajaran Islam dengan lemah lembut dan penuh kesopanan. Bulan ini dikenal sebagai bulan maulid, di mana umat Islam merayakan kelahiran Nabi dengan ekspresi bahagia dan cinta yang tulus.

Di Indonesia, perayaan maulid Nabi di bulan Rabiul Awal dirayakan dengan berbagai kegiatan seperti pembacaan Al-Qur’an, shalawat, dan pembacaan sirah-sirah nabi. Semua ini merupakan bentuk cinta dan kebahagiaan umat Islam atas karunia besar yang diberikan oleh Allah, yaitu kelahiran Nabi Muhammad saw, penuntun bagi seluruh umat manusia.

Dalam merayakan maulid Nabi, penting untuk memperhatikan tata cara dalam pembacaan shalawat agar dapat menumbuhkan rasa cinta dan kekaguman kepada Nabi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, menghormati dan memuliakan Nabi harus dilakukan dengan penuh ketulusan, baik ketika beliau masih hidup maupun setelah beliau wafat.

Syekh Ahmad bin Muhammad al-Qasthalani menegaskan pentingnya sikap yang sopan, khusuk, dan penuh wibawa ketika nama atau sejarah Nabi Muhammad disebutkan. Hal ini merupakan tanda kecintaan setiap individu kepada Nabi, di mana khusuk dan penghayatan saat mendengar namanya adalah wujud dari kecintaan tersebut.

Memuliakan Nabi Muhammad tidak hanya dilakukan ketika beliau masih hidup, tetapi juga setelah beliau wafat. Sikap hormat dan kekaguman terhadap Nabi harus tetap dijaga dalam setiap kesempatan, baik ketika kisah dan teladan beliau dibacakan maupun saat nama beliau disebutkan.

Dalam merayakan maulid Nabi, marilah kita sebagai umat Islam mengikuti teladan para ulama dan mendengarkan dengan khusuk setiap cerita tentang kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad saw. Semoga dengan memperhatikan sikap ini, kita dapat semakin mendekatkan diri kepada ajaran yang beliau sampaikan dan meningkatkan rasa cinta serta penghormatan kepada Nabi Muhammad saw.